FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Politikus senior, Akbar Faizal, menguliti kinerja kabinet pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, khususnya menyangkut peran Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Dikatakan Akbar, momentum saat ini justru menjadi waktu yang tepat bagi Presiden Prabowo untuk melakukan perombakan kabinet.
Ia menuturkan, reshuffle seharusnya dilakukan bukan semata karena pertimbangan politik.
Melainkan karena ketidakcakapan sejumlah pembantu presiden dalam menjalankan tugas.
“Ini saat yang tepat untuk melakukan reshuffle kabinet atas alasan ketidakcakapan melakukan tugas dan tanggung jawab,” ujar Akbar di X @akbarfaizal68 (18/12/2025).
“Reshuffle bukan karena pertimbangan konfigurasi politik semata,” tambahnya.
Akbar menegaskan, penilaian tersebut bukan tanpa dasar. Ia menyoroti secara langsung penanganan bencana di Sumatra yang menurutnya memperlihatkan lemahnya koordinasi dan kepemimpinan di level kabinet.
“Kami menyaksikan dengan jelas semua ketidakcakapan itu dari cara mereka menangani bencana Sumatra. Cari orang yang paham cara bekerja, yang benar dan tepat, Pak. Please,” tegasnya.
Bukan hanya menyasar kabinet, Akbar juga secara terbuka menyampaikan pesan kepada Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Ia meminta Gibran segera menyesuaikan diri dengan ritme kerja pemerintahan dan memberikan dukungan nyata kepada Presiden Prabowo.
“Kepada Wapres Gibran, belajarlah lebih cepat memberi dukungan yang terukur kepada Presiden Prabowo,” ucapnya.
Akbar bahkan membandingkan peran Gibran dengan Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI, Jusuf Kalla, saat mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di periode pertama.
“Contohlah Pak JK pada periode pertama SBY yang perannya dirasakan oleh Pak SBY kala itu,” kata Akbar.
Namun, ia mengingatkan agar perbandingan tersebut tidak diarahkan pada relasi Jusuf Kalla dengan Jokowi di periode pertama.
“Tapi jangan lihat peran Pak JK pada periode pertama Bapakmu. Sebab memang tak ada ruang yang diberikan oleh Bapakmu saat itu,” sindirnya.
Lebih jauh, Akbar meminta Gibran menghentikan gaya komunikasi yang dinilainya justru menambah beban Presiden.
“Segera bantu Pak Prabowo. Berhenti pidato berkualitas super melelahkan itu sebab itu makin membebani Presiden,” tandasnya.
Sebagai penutup, Akbar menyampaikan pilihan yang menurutnya paling rasional jika peran tersebut belum bisa dijalankan secara optimal.
“Atau diam saja. Benar-benar diam,” kuncinya.
(Muhsin/fajar)




