Penulis: Fityan
TVRINews – Gaza
PBB memperingatkan bahwa pembatasan yang diberlakukan Israel memperlambat distribusi bantuan kemanusiaan di Gaza, yang semakin mempersulit upaya pemenuhan kebutuhan dasar warga yang terdampar.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Rabu 17 Desember 2025 mengeluarkan peringatan mengenai penurunan bantuan kemanusiaan yang masuk ke Jalur Gaza akibat pembatasan yang diberlakukan oleh pihak Israel. Pembatasan ini, menurut PBB, semakin memperburuk krisis kemanusiaan yang terjadi di wilayah yang terkepung tersebut.
Juru Bicara PBB, Farhan Haq, dalam konferensi pers mengungkapkan bahwa meskipun upaya bantuan terus dilakukan oleh PBB dan mitra kemanusiaannya, jumlah bantuan yang diterima oleh warga Gaza tetap tidak memadai.
"Kebutuhan yang ada terus jauh melebihi kapasitas yang kami miliki untuk memberikan bantuan, mengingat hambatan yang kami hadapi dalam distribusi," ungkap Haq.
Bantuan yang disalurkan PBB mencakup kebutuhan mendesak seperti tenda, bahan makanan, dan perlengkapan medis. Namun, pengiriman bantuan yang direncanakan semakin terbatas akibat pembatasan dari pihak Israel.
Haq juga menambahkan bahwa cuaca buruk, seperti hujan deras dan suhu yang lebih dingin, semakin memperburuk kondisi di Gaza.
Antara Kamis hingga Sabtu, mitra-mitra PBB yang bekerja dalam bidang bantuan tempat tinggal berhasil mendistribusikan 3.800 tenda, hampir 4.600 terpal, dan ribuan item tempat tidur kepada sekitar 4.800 keluarga yang terdampak.
Selain itu, untuk melindungi bayi yang rentan terhadap hipotermia, PBB juga mendistribusikan paket perawatan kesehatan bayi yang telah dipersiapkan secara lokal.
Namun, Haq menekankan bahwa distribusi bantuan kini terpaksa dikurangi. "Sejak Jumat, karena pembatasan yang terus berlangsung, mitra kami terpaksa mengurangi bantuan yang disalurkan.
Kini, paket bantuan yang diterima warga hanya berupa satu paket makanan, satu kantong tepung, dan 1,5 kilogram biskuit energi tinggi yang hanya mencakup setengah dari kebutuhan kalori minimum per keluarga untuk sisa bulan ini," jelas Haq.
Ia juga menegaskan bahwa hambatan-hambatan tersebut harus segera diatasi, agar PBB dan mitra internasional dapat mempercepat pengiriman bantuan yang lebih besar. "Hambatan ini harus dicabut dan akses harus tetap terjaga agar kami bisa menjangkau setiap orang yang membutuhkan," tambah Haq.
Kendala utama yang dihadapi PBB dalam pengiriman bantuan ini adalah pembatasan yang diberlakukan oleh Israel, yang mencakup pengurangan titik pos perbatasan yang dapat digunakan untuk memasukkan bantuan serta pembatasan jenis barang yang dapat dibawa masuk ke Gaza.
Haq juga menyebutkan adanya kendala terkait visa bagi staf organisasi internasional yang bekerja di wilayah tersebut.
Sejak diberlakukannya gencatan senjata pada 10 Oktober lalu, kondisi hidup di Gaza belum menunjukkan perbaikan signifikan. Israel tetap memberlakukan pembatasan ketat terhadap masuknya truk bantuan, yang bertentangan dengan protokol kemanusiaan yang telah disepakati. Menurut laporan terbaru, hampir 70.700 warga Gaza, sebagian besar wanita dan anak-anak, telah kehilangan nyawa akibat serangan udara Israel sejak Oktober 2023. Lebih dari 171.100 orang lainnya terluka, meskipun gencatan senjata telah diumumkan.
PBB dan organisasi-organisasi kemanusiaan lainnya menyerukan agar akses ke Gaza dibuka sepenuhnya dan bantuan dapat diberikan tanpa hambatan, guna meringankan penderitaan yang dialami oleh warga Gaza yang semakin terjepit dalam krisis yang tak kunjung usai.
Editor: Redaksi TVRINews




