Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini kembali mengalami pelemahan.
Mengutip data Bloomberg, Kamis, 18 Desember 2025, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp16.723 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah 29 poin atau setara 0,17 persen dari posisi Rp16.694 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
"Pada perdagangan sore ini, mata uang rupiah ditutup melemah 29 poin, sebelumnya sempat melemah 40 poin di level Rp16.723 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp16.694 per USD," kata analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis hariannya.
Sementara itu, data Yahoo Finance justru menunjukkan rupiah berada di zona hijau pada posisi Rp16.710 per USD. Rupiah melemah 17 poin atau setara 0,10 persen dari Rp16.693 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp16.722 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah 24 poin dari perdagangan sebelumnya di level Rp16.698 per USD.
Baca juga: Rupiah Melemah ke Rp16.694 per USD Pagi Ini Ketidakpastian ekoonmi AS meningkat
Ibrahim mengungkapkan, pergerakan kurs rupiah hari ini dipengaruhi oleh sentimen ketidakpastian mengenai perekonomian AS yang meningkat minggu ini, terutama karena data resmi pemerintah memberikan sinyal yang beragam mengenai pasar tenaga kerja. Operasi pembelian aset Federal Reserve juga memicu beberapa keraguan atas likuiditas pasar di negara tersebut.
"Pasar kini menantikan data inflasi indeks harga konsumen (CPI) yang akan datang untuk mendapatkan petunjuk mengenai perekonomian terbesar di dunia. Data tersebut diperkirakan akan menunjukkan inflasi CPI utama sedikit meningkat, sementara CPI inti diperkirakan akan tetap stabil di angka tiga persen per tahun," ungkap Ibrahim.
Pasar tenaga kerja dan inflasi adalah dua pertimbangan terbesar Fed untuk menyesuaikan kebijakan. Namun, selain suku bunga, pasar juga khawatir tentang potensi periode stagflasi bagi perekonomian AS, sebuah skenario di mana pengangguran meningkat seiring dengan inflasi.
(Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Susanto)
Bank Dunia kerek proyeksi pertumbuhan ekonomi RI
Di sisi lain, Ibrahim menyoroti Bank Dunia atau World Bank dalam rilis Desember 2025 yang mengerek naik proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dalam ramalan terbarunya, Bank Dunia memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh di level lima persen pada 2025-2026, sebagaimana proyeksi yang telah dilakukan pada 2023-2024. Lalu, pada 2027 baru akan mengalami pertumbuhan ke level 5,2 persen secara tahunan.
"Level pertumbuhan ini naik pesat dibanding proyeksi sebelumnya dalam IEP edisi Juni 2025 yang memperkirakan ekonomi Indonesia hanya akan tumbuh 4,7 persen pada 2025, 4,8 persen 2026, dan 5,0 persen pada 2027. Lebih rendah dari laju pertumbuhan 2024 di kisaran lima persen," jelas Ibrahim.
Bank Dunia mendasari laju pertumbuhan di kisaran lima persen itu dari kinerja ekspor dan investasi yang kuat sepanjang tahun ini. Didukung oleh percepatan pengiriman ekspor dan meningkatnya permintaan global terhadap komoditas, khususnya minyak kelapa sawit, besi, baja, dan emas.
"Pertumbuhan tersebut didorong oleh investasi dan ekspor yang mampu mengimbangi tren konsumsi swasta yang sedikit melemah," urai dia.
Bank Dunia juga menganggap kebijana moneter Bank Indonesia (BI) turut berkontribusi dalam percepatan pertumbuhan dengan memangkas suku bunga acuan sebesar 150 basis poin (secara kumulatif sejak September 2024) menjadi 4,75 persen.
Secara keseluruhan, Bank Dunia memperkirakan, laju pertumbuhan lima persen pada 2025-2026 itu ditopang oleh kinerja ekspor yang mampu tumbuh tujuh persen pada 2025 dan 5,6 persen pada 2026.
"Investasi akan tumbuh 6,1 persen pada 2025 dan 6,2 persen pada 2026. Sementara itu konsumsi swasta hanya tumbuh 4,9 persen, dan konsumsi pemerintah 0,1 persen serta makin cepat tumbuhnya pada 2026 menjadi 5,8 persen," yakin Ibrahim.
Melihat berbagai perkembangan tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan Jumat besok akan bergerak secara fluktuatif dan kemungkinan besar akan melemah.
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.720 per USD hingga Rp16.750 per USD," jelas Ibrahim.


