EtIndonesia. Data ekonomi terbaru yang dirilis Biro Statistik Nasional Partai Komunis Tiongkok (PKT) pada Senin (15/12) menunjukkan bahwa konsumsi, investasi, dan pasar properti Tiongkok terus mengalami kemerosotan.
Dalam beberapa waktu terakhir, PKT gencar menyerukan perluasan pasar domestik untuk mendorong permintaan dalam negeri. Namun para pakar menilai bahwa selama bertahun-tahun PKT hanya berbicara tanpa tindakan nyata, sehingga kebijakan tersebut ibarat “gerakan sia-sia”.
Ekonomi Tiongkok kini menghadapi krisis menyeluruh, dan penyebab inti dari kemerosotan yang berkelanjutan kembali menjadi sorotan.
Biro Statistik Nasional PKT pada 15 Desember merilis sejumlah data terbaru dari berbagai sektor. Di antaranya:
- Total penjualan ritel barang konsumsi pada November hanya tumbuh 1,3% secara tahunan, turun dari 2,9% pada Oktober;
- Nilai tambah industri pada November tumbuh 4,8% secara tahunan, lebih rendah dari 4,9% pada Oktober;
- Harga rata-rata rumah di 70 kota besar dan menengah pada November turun 2,8% secara tahunan, lebih dalam dibandingkan penurunan 2,6% pada Oktober.
Selain itu, pada periode Januari–November,
- Investasi aset tetap turun 2,6% secara tahunan, lebih besar dibandingkan penurunan 1,7% pada Januari–Oktober;
- Investasi pengembangan properti nasional turun 15,9% secara tahunan, lebih buruk dibandingkan penurunan 14,7% pada Januari–Oktober.
Bahkan, data yang sesungguhnya dinilai lebih buruk dari angka resmi.
“Faktor utamanya adalah kebijakan PKT itu sendiri. Mereka melakukan stimulus, tetapi stimulus tersebut tidak efektif atau dampaknya sangat kecil. Akibatnya, fondasi ekonomi Tiongkok terguncang dan tidak bisa distabilkan,” ujar Kolumnis Epoch Times Wang He.
Dalam konferensi kerja ekonomi PKT yang digelar pekan lalu, pihak berwenang mengklaim akan secara besar-besaran mendorong konsumsi dan memperkuat pasar domestik.
“Pemerintah juga menyadari bahwa lemahnya permintaan domestik adalah penyebab stagnasi ekonomi Tiongkok, karena rakyat tidak punya uang sehingga konsumsi dalam negeri tidak mencukupi,” ujar Profesor Xie Tian dari Darla Moore School of Business, Universitas Carolina Selatan, AS.
Wang He menambahkan: “Saat ini, permintaan di Tiongkok sangat semu dan berada pada kurva yang mematikan. Pertama, pemerintah ingin rakyat berbelanja, tetapi tidak ada pendapatan yang menopang konsumsi tersebut. Kedua, PKT telah melakukan begitu banyak investasi, tetapi investasi itu tidak memberikan imbal hasil yang wajar. Ketiga, sektor keuangan Tiongkok menerbitkan utang secara masif, namun utang-utang tersebut tidak memiliki dukungan modal maupun disiplin pembayaran, sehingga pada akhirnya tidak bisa dilunasi dan akan meledak.”
“Semua masalah ini menunjukkan bahwa sisi permintaan ekonomi Tiongkok telah mengalami kerusakan fundamental. Jika sisi ini runtuh, seluruh ekonomi Tiongkok akan ikut terseret. Kini situasinya sudah sampai pada tingkat yang sangat berbahaya,” tambahnya.
Pada 7 November, Administrasi Negara Valuta Asing PKT merilis data neraca pembayaran internasional untuk kuartal ketiga serta tiga kuartal pertama tahun ini.
Data menunjukkan bahwa arus masuk bersih investasi langsung asing hanya sebesar 8,5 miliar dolar AS, turun 51% dibandingkan kuartal sebelumnya. Dibandingkan tahun 2022, total arus masuk modal asing dalam dua tahun terakhir anjlok lebih dari 90%.
Para pakar menilai bahwa daya dorong ekonomi Tiongkok tidak hanya terpukul oleh faktor eksternal, tetapi juga dibebani oleh kebijakan internal dan masalah struktural. Ekonomi Tiongkok kini menghadapi krisis dari segala arah.
“Kemerosotan ekonomi Tiongkok pada dasarnya adalah kemerosotan yang bersifat sistemik, yang berkaitan erat dengan politik Tiongkok dan praktik perampasan oleh PKT. Semua kebijakan yang dilakukan sekarang hanya bersifat sementara dan tidak menyentuh akar masalah. PKT tidak mampu memperbaiki struktur politik dan sosial Tiongkok, juga tidak mampu mengubah sifat kelas istimewa PKT yang mengeksploitasi rakyat,” ujar Xie Tian.
“Ditambah lagi dengan menyusutnya pasar luar negeri dan meningkatnya sikap permusuhan PKT terhadap dunia internasional. Seiring percepatan penarikan investasi asing, ekonomi Tiongkok tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan yang nyata,” pungkasnya. (Hui)
Laporan hasil wawancara oleh Tang Rui, reporter New Tang Dynasty Television.




