FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Pakar Hukum Tata Negara, Prof. Zainal Arifin Mochtar, menyemprot Ketua DPD RI, Sultan Baktiar Najamudin, yang sebelumnya menyebut Indonesia belum membutuhkan bantuan asing karena alasan harga diri bangsa.
Zainal menegaskan bahwa pernyataan tersebut tidak berpijak pada realitas kondisi masyarakat di lapangan.
Khususnya warga terdampak bencana di sejumlah wilayah Sumatera.
Ia menyindir cara pandang elite yang menurutnya terlalu nyaman menilai persoalan kemanusiaan dari balik ruang kekuasaan.
“Yang terhormat Pak Ketua DPD, terima kasih mengukur harga diri dari ruang kantor nyaman, tidur dengan nyaman,” kata Zainal dikutip pada Kamis (18/12/2025).
Lanjut Zainal, kenyamanan yang dirasakan pejabat negara tidak bisa disamakan dengan kondisi rakyat yang terdampak bencana dan hidup dalam keterbatasan.
“Berselimut dan nyaman lampi dan ber-AC dengan seluruh pelayanan negara yang melekat di Ketua DPD,” sebutnya.
Namun, kata Zainal, pelayanan negara yang dinikmati para pejabat tidak sebanding dengan apa yang diterima masyarakat.
“Tapi pelayanan kepadamu gak sama dengan pelayanan negara pada publik, khususnya yang hajar secara sistematis di Sumatera,” tegasnya.
Zainal juga menyinggung kondisi infrastruktur dasar yang menurut laporan relawan di lapangan sangat memprihatinkan.
Ia menyebut listrik baru menyala saat kunjungan pejabat tinggi negara.
“Catatan teman-teman di sana, coba bayangkan lampu dinyalakan hanya ketika Prabowo datang,” tukasnya.
Bukan hanya itu, ia mengkritik janji pemerintah terkait penanganan pascabencana yang dinilainya tidak terealisasi.
Zainal bahkan blak-blakan mengatakan bahwa janji tersebut hanya sebatas retorika.
“93 persen janji H+7 adalah omong kosong Bahlil, yang ini kemudian menumpahkannya ke PLN dan Pertamina,” sesalnya.
Dalam konteks tersebut, Zainal mempertanyakan kembali makna harga diri bangsa yang dijadikan alasan menolak bantuan asing, sementara banyak warga masih hidup dalam kondisi sulit.
“Masih merasa punya harga diri ketika begitu banyak orang yang hidup tanpa bantuan memadai dan nyaris tak punya harga diri?,” timpalnya.
“Ambillah cermin! Pantasan jika DPD makin kehilangan keberadaannya. Ada dan tiadanya nyaris tidak punya makna!,” kuncinya. (Muhsin/fajar)


:strip_icc()/kly-media-production/medias/5096999/original/081776100_1737035053-WhatsApp_Image_2025-01-16_at_20.38.05_5455d1e5.jpg)


