jpnn.com, BATAM - PT Perusahaan Gas Negara (PGN) melalui Offtake Stasiun Panaran Batam melaksanakan Program CSR PELITA Tembesi (Pemberdayaan Lingkungan Tangguh dan Asri Tembesi) di Kelurahan Tembesi, Kecamatan Sagulung, Batam, Kepulauan Riau.
Program ini dirancang untuk menjawab tantangan lingkungan dan sosial secara terpadu melalui penguatan kapasitas masyarakat, pengelolaan lingkungan berkelanjutan, serta pengembangan aktivitas ekonomi berbasis potensi lokal.
BACA JUGA: PGN, BRIN dan Pemda Jepara Bersinergi Kembangkan Padi Biosalin
Melalui Program PELITA Tembesi, PGN mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam berbagai inisiatif berbasis komunitas.
"Program Pelita ini bertujuan tidak hanya meningkatkan kualitas lingkungan dan kesejahteraan masyarakat, tetapi juga memperkuat kemandirian dan ketahanan sosial warga secara berkelanjutan," ujar Sekretaris Perusahaan PGN Fajriyah Usman.
BACA JUGA: Capai Skor 94, SIG Raih Predikat Informatif dari Komisi Informasi Pusat
Melalui program ini PGN mengidentifikasi permasalahan dalam praktik pertanian masyarakat, yaitu kondisi tanah yang memiliki pH rendah (bersifat asam).
Kondisi ini menyebabkan rendahnya kemampuan tanah dalam menyerap unsur hara, sehingga berdampak langsung pada penurunan produktivitas dan hasil panen.
BACA JUGA: Jalankan Investasi Sosial Perusahaan, KBI Perkuat Program Prioritas TJSL
Merespons tantangan tersebut, PGN melihat adanya potensi timbulan limbah cangkang gonggong yang cukup besar di wilayah Kelurahan Tembesi untuk dimanfaatkan sebagai solusi alternatif.
Limbah yang sebelumnya belum dikelola secara optimal ini kemudian diolah menjadi bubuk tinggi kalsium yang berfungsi sebagai penetral pH tanah.
Melalui pembentukam Kelompok Pengolah dan Pemasar (Poklahsar) Lance Perkasa, PGN melibatkan ibu rumah tangga tidak berpenghasilan tidak tetap sebagai pelaksana utama program.
"Inovasi ini tidak hanya meningkatkan kualitas lahan pertanian, tetapi juga mendorong praktik pertanian ramah lingkungan serta memperkuat penerapan ekonomi sirkular berbasis potensi lokal," imbuh Fajriyah.
Inovasi tersebut diberi nama SI GOPAL (Sisa Gonggong jadi Penetral Lahan) dan memberikan dampak lingkungan berupa penurunan timbulan limbah cangkang gonggong 0,288 ton/tahun pada tahun pertama berjalan program.
Selain itu, SI GOPAL juga membawa dampak sosial dengan munculnya kelompok baru yakni Poklahsar Lance Perkasa yang meningkatkan partisipasi perempuan dalam kegiatan sosial dan ekonomi.
SI GOPAL bukan hanya menjawab persoalan lokal, tetapi juga memberikan kontribusi nyata untuk kelompok serta membuktikan bahwa kolaborasi masyarakat dan perusahaan mampu menghadirkan inovasi sosial dan lingkungan yang transformatif.(chi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Yessy Artada



