Blitar (beritajatim.com) – Biasanya, akhir semester identik dengan kerumunan wali murid yang memadati selasar sekolah untuk mengambil rapor anaknya. Namun, pemandangan berbeda tersaji di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Gedog 1 Kota Blitar.
Alih-alih menunggu di balik meja kelas, Riyang Mahardhani, salah seorang wali kelas di sekolah tersebut, justru memilih turun ke jalan. Sejak pukul 07.00 WIB pagi, Riyang sudah bersiap dengan tumpukan rapor di motornya. Misinya hanya satu, yakni mengantar langsung laporan hasil belajar semester 1 ke satu per satu rumah siswanya.
Langkah yang diambil Riyang bukan tanpa alasan. Ia ingin menciptakan warna baru dalam tradisi penerimaan rapor yang selama ini terkesan formal dan kaku di sekolah. Dengan mendatangi rumah siswa, ia merasa sekat antara guru dan orang tua bisa luruh, sehingga komunikasi terjalin lebih hangat.
“Inovasi ini saya lakukan agar ada suasana baru. Selain itu, dengan bertemu langsung orang tua di rumah mereka, evaluasi perkembangan anak bisa disampaikan dengan lebih mendalam dan personal. Kami jadi tahu kondisi lingkungan belajar siswa di rumah,” ungkap Riyang saat dikonfirmasi di sela aktivitasnya pada Kamis (18/12/2025).
Secara teknis, proses delivery ini dibantu oleh kecanggihan teknologi. Sebelumnya, Riyang telah berkoordinasi dengan para wali murid agar mereka tetap berada di rumah dan mengirimkan titik lokasi (share location) melalui aplikasi pesan singkat WhatsApp.
Evaluasi Tanpa Sekat
Dalam satu hari yang padat, Riyang berhasil merampungkan kunjungan ke 23 rumah siswanya. Di setiap perhentian, tidak hanya rapor yang diserahkan, tetapi juga ruang diskusi terbuka mengenai kelebihan dan tantangan yang dihadapi siswa selama di kelas.
Bagi para wali murid, kehadiran sosok guru di rumah mereka menjadi kejutan sekaligus apresiasi yang luar biasa. Diskusi yang biasanya terbatas karena antrean panjang di sekolah, kini bisa mengalir lebih leluasa di ruang tamu rumah masing-masing.
“Kami ingin evaluasi untuk masing-masing siswa bisa tersampaikan secara maksimal. Tidak hanya sekadar angka, tapi juga motivasi,” tambah Riyang.
Apresiasi dari Otoritas Pendidikan
Gerakan kreatif ini pun sampai ke telinga pimpinan otoritas pendidikan setempat. Kepala Dinas Pendidikan Kota Blitar, Dindin Alinurdin, memberikan apresiasi tinggi terhadap inisiatif “jemput bola” yang dilakukan oleh Riyang.
Menurut Dindin, Dinas Pendidikan memberikan kebebasan penuh bagi setiap satuan pendidikan untuk berinovasi dalam memberikan pelayanan terbaik, asalkan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan lapangan.
“Kami sangat mengapresiasi inovasi pengantaran rapor ini. Sekolah memang diberikan kebebasan untuk memberikan pelayanan terbaik. Terlebih jika gerakan ini mendapat respons positif dari orang tua, tentu ini menjadi nilai tambah bagi kedekatan guru dan wali murid,” pungkas Dindin.
Apa yang dilakukan Riyang Mahardhani di SDN Gedog 1 menjadi potret bahwa dedikasi seorang pendidik melampaui pagar sekolah. Di bawah rintik hujan atau terik matahari, rapor-rapor itu sampai di tangan yang tepat, membawa pesan bahwa pendidikan adalah kerja kolaborasi antara ruang kelas dan ruang keluarga. (owi/kun)
/https%3A%2F%2Fcdn-dam.kompas.id%2Fimages%2F2025%2F12%2F15%2F83cf6e0d7204e710da944dbe948925af-IMG_9912.jpeg)
