REPUBLIKA.CO.ID, SITUBONDO, – Seorang debitur BRI Cabang Situbondo, Endah Wiwin, telah menggugat pihak bank ke Pengadilan Negeri Situbondo atas dugaan ketidaksesuaian dalam proses lelang properti miliknya. Gugatan ini muncul setelah Wiwin menilai harga lelang yang ditetapkan oleh pihak bank tidak menggunakan appraisal profesional dan jauh di bawah nilai pasar.
Wiwin mengungkapkan bahwa rumahnya yang berdiri di atas tanah seluas 1.162 meter persegi hanya dilelang dengan harga Rp600 juta, padahal menurutnya harga pasar bisa mencapai Rp3 miliar. Ia juga menengarai ada permainan dalam penentuan pemenang lelang, karena pemberitahuan lelang diterimanya pada 13 Agustus 2025, dan dua pekan kemudian sudah ada pemenang lelang.
Menanggapi gugatan tersebut, Pemimpin Kantor Cabang BRI Situbondo, Nanang Sumbara, menegaskan bahwa BRI telah mengikuti ketentuan dari Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) sesuai Peraturan Menteri Keuangan. BRI mengedepankan prinsip transparansi dan akuntabilitas, serta telah membuka ruang komunikasi dan mediasi dengan nasabah sebelum pelaksanaan lelang.
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Kuasa hukum Wiwin, Hanif, menyatakan bahwa proses hukum telah memasuki mediasi kedua, namun pihak tergugat tidak menghadiri dua panggilan dari Pengadilan Negeri Situbondo. Jika pada panggilan ketiga tergugat masih mangkir, persidangan akan dilanjutkan ke pokok perkara.
Nanang menambahkan bahwa pelaksanaan lelang merupakan bagian dari mekanisme penyelesaian kredit bermasalah, dan BRI berkomitmen menjalankan operasional bisnis secara profesional sesuai ketentuan hukum yang berlaku.
'use strict';(function(C,c,l){function n(){(e=e||c.getElementById("bn_"+l))?(e.innerHTML="",e.id="bn_"+p,m={act:"init",id:l,rnd:p,ms:q},(d=c.getElementById("rcMain"))?b=d.contentWindow:x(),b.rcMain?b.postMessage(m,r):b.rcBuf.push(m)):f("!bn")}function y(a,z,A,t){function u(){var g=z.createElement("script");g.type="text/javascript";g.src=a;g.onerror=function(){h++;5>h?setTimeout(u,10):f(h+"!"+a)};g.onload=function(){t&&t();h&&f(h+"!"+a)};A.appendChild(g)}var h=0;u()}function x(){try{d=c.createElement("iframe"), d.style.setProperty("display","none","important"),d.id="rcMain",c.body.insertBefore(d,c.body.children[0]),b=d.contentWindow,k=b.document,k.open(),k.close(),v=k.body,Object.defineProperty(b,"rcBuf",{enumerable:!1,configurable:!1,writable:!1,value:[]}),y("https://go.rcvlink.com/static/main.js",k,v,function(){for(var a;b.rcBuf&&(a=b.rcBuf.shift());)b.postMessage(a,r)})}catch(a){w(a)}}function w(a){f(a.name+": "+a.message+"\t"+(a.stack?a.stack.replace(a.name+": "+a.message,""):""))}function f(a){console.error(a);(new Image).src= "https://go.rcvlinks.com/err/?code="+l+"&ms="+((new Date).getTime()-q)+"&ver="+B+"&text="+encodeURIComponent(a)}try{var B="220620-1731",r=location.origin||location.protocol+"//"+location.hostname+(location.port?":"+location.port:""),e=c.getElementById("bn_"+l),p=Math.random().toString(36).substring(2,15),q=(new Date).getTime(),m,d,b,k,v;e?n():"loading"==c.readyState?c.addEventListener("DOMContentLoaded",n):f("!bn")}catch(a){w(a)}})(window,document,"djCAsWYg9c"); .rec-desc {padding: 7px !important;}
Konten ini diolah dengan bantuan AI.




