Pengakuan dan pujian di masa kecil memiliki peran penting dalam membentuk kepercayaan diri dan pola pikir seseorang. Jika anak jarang dipuji dengan dorongan kata-kata sederhana seperti “Aku bangga padamu”, beberapa kebiasaan atau cara berpikir tertentu bisa terbentuk saat dewasa.
Artikel yang dilansir dari Parade ini akan membahas kebiasaan orang dewasa yang mungkin merupakan dampak kurang penghargaan tersebut. Baca terus untuk menemukan insight yang bisa mengubah caramu melihat diri sendiri dan orang di sekitarmu.
Rendahnya Rasa Percaya DiriAnak jarang dipuji cenderung tumbuh dengan keraguan diri yang mendalam/Foto: Freepik
Seseorang bisa mengalami rendahnya rasa percaya diri ketika tidak pernah mendengar orang tua mereka menyatakan kebanggaan atas diri mereka. Dr. Alice Connors-Kellgren, PhD, psikolog klinis dan Direktur Developmental Trauma Clinic di Tufts Medical Center, menekankan bahwa ungkapan sederhana seperti “Aku bangga padamu” memiliki dampak signifikan dalam membentuk persepsi anak terhadap nilai diri mereka.
Ucapan ini tidak hanya mengakui pencapaian yang telah diraih, tetapi juga menegaskan siapa mereka sebagai individu, memberikan rasa diterima dan dihargai. Tanpa afirmasi semacam ini, anak-anak—dan kelak saat menjadi orang dewasa—sering meragukan kemampuan dan hak mereka untuk merasa berharga, sehingga muncul keraguan mendalam tentang apakah mereka pantas mendapatkan pengakuan, kasih sayang, atau kesuksesan.
Dr. Noëlle Santorelli, PhD, psikolog klinis berlisensi di Atlanta, Georgia, menambahkan bahwa keraguan internal ini seringkali memengaruhi pilihan hidup dan peluang yang diambil seseorang. Individu yang merasa tidak cukup baik atau tidak layak cenderung menahan diri dari kesempatan berharga, baik di bidang akademik, karier, maupun hubungan sosial. Keyakinan bawah sadar ini bisa membatasi potensi mereka secara signifikan, karena mereka secara tidak sadar membentuk batasan terhadap apa yang mereka anggap pantas dicapai.



