Menanam Sawit di Papua: Risiko Ekologi dan Pelajaran dari Sumatera

kompas.com
3 jam lalu
Cover Berita

JAKARTA, KOMPAS.com - Menanam dan membudidayakan perkebunan sawit di Papua, memiliki berbagai persoalan yang tidak bisa diabaikan begitu saja.

Persoalan tersebut mulai dari di tingkat petani sampai dengan isu lingkungan.

Direktur Eksekutif Sawit Watch, Achmad Surambo, menegaskan bahwa Papua dan bahkan Indonesia secara keseluruhan saat ini berada di ambang batas daya dukung lingkungan.

Menurutnya, perluasan lahan tanam sawit di Papua tidak memiliki landasan ekologis maupun tata ruang yang kuat, dan justru berpotensi memicu kerusakan lingkungan permanen.

Berdasarkan riset Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup (D3TLH) yang dilakukan Sawit Watch, kondisi Papua sudah berada pada status kritis.

Total potensi lahan sawit yang dinilai sesuai dan optimal atau nilai batas atas (cap) di Pulau Papua hanya sekitar 290.837 hektar.

var endpoint = 'https://api-x.kompas.id/article/v1/kompas.com/recommender-inbody?position=rekomendasi_inbody&post-tags=papua, sawit, indepth, ekologi, isu lingkungan, bajir sumatera, sawit di papua&post-url=aHR0cHM6Ly9uYXNpb25hbC5rb21wYXMuY29tL3JlYWQvMjAyNS8xMi8xOS8yMzM2NDc3MS9tZW5hbmFtLXNhd2l0LWRpLXBhcHVhLXJpc2lrby1la29sb2dpLWRhbi1wZWxhamFyYW4tZGFyaS1zdW1hdGVyYQ==&q=Menanam Sawit di Papua: Risiko Ekologi dan Pelajaran dari Sumatera§ion=Nasional' var xhr = new XMLHttpRequest(); xhr.addEventListener("readystatechange", function() { if (this.readyState == 4 && this.status == 200) { if (this.responseText != '') { const response = JSON.parse(this.responseText); if (response.url && response.judul && response.thumbnail) { const htmlString = `
${response.judul}
Artikel Kompas.id
`; document.querySelector('.kompasidRec').innerHTML = htmlString; } else { document.querySelector(".kompasidRec").remove(); } } else { document.querySelector(".kompasidRec").remove(); } } }); xhr.open("GET", endpoint); xhr.send();

Sementara itu, luas perkebunan sawit yang telah eksisting hingga 2022 mencapai 290.659 hektar.

Angka ini menunjukkan bahwa Papua hampir sepenuhnya telah mencapai kapasitas ideal ekosistemnya untuk sawit.

“Artinya, ruang ekologis Papua untuk sawit sudah sangat sempit dan nyaris jenuh,” ujar Achmad kepada Kompas.com, Kamis (18/12/2025).

Baca juga: Prabowo Ingin Papua Ditanam Sawit agar Hasilkan BBM

Kondisi tersebut semakin mengkhawatirkan karena sebagian perkebunan sawit yang sudah ada justru berada di wilayah yang seharusnya dilindungi.

Sawit Watch mencatat sekitar 75.308 hektar kebun sawit di Papua berdiri di kawasan dengan variabel pembatas, seperti hutan primer, kawasan konservasi, kawasan bernilai keanekaragaman hayati penting (KBA), serta habitat burung cenderawasih.

wikimedia.org/markaharper1 Burung cenderawasih

Menurut Achmad, pembukaan lahan baru di Papua sama artinya dengan menghancurkan ekosistem penting yang memiliki nilai ekologis dan budaya tinggi, serta sulit, bahkan mustahil, dipulihkan.

Situasi di Papua, lanjut Achmad, tidak terlepas dari gambaran kondisi nasional. Secara keseluruhan, ruang ekspansi sawit di Indonesia dinilai hampir terlampaui.

Total daya dukung lingkungan untuk sawit seluruh Indonesia diperkirakan sekitar 18,15 juta hektar, sementara luas lahan sawit tertanam saat ini telah mencapai sekitar 17,3 juta hektar.

Dengan margin yang semakin tipis, setiap penambahan lahan baru berisiko besar melampaui kemampuan alam dalam menopang aktivitas perkebunan secara berkelanjutan.

Achmad mengingatkan bahwa rencana ekspansi sawit di Papua berpotensi mengulang bencana ekologis yang telah terjadi di Sumatera.

Krisis iklim dan bencana lingkungan yang berulang di pulau tersebut dinilai sebagai bukti nyata kegagalan tata kelola sawit dan pengabaian terhadap daya dukung lingkungan.

Di Sumatera, luas tutupan sawit tercatat mencapai sekitar 10,70 juta hektar, sedikit melampaui nilai batas atas (cap) sebesar 10,69 juta hektar.

Lebih dari itu, sekitar 5,97 juta hektar perkebunan sawit berada di wilayah variabel pembatas, seperti lahan gambut dan daerah tangkapan air.

Baca juga: Nusron Klaim Tak Terbitkan Izin HGU Sawit dan Tambang 1,67 Hektar Selama Menjabat

Kondisi tersebut, menurut Sawit Watch, berkorelasi erat dengan meningkatnya frekuensi dan intensitas bencana hidrometeorologis.

Banjir bandang dan tanah longsor yang melanda Aceh, Mandailing Natal di Sumatera Utara, serta Pesisir Selatan di Sumatera Barat dinilai bukan sekadar akibat cuaca ekstrem.

“Analisis spasial menunjukkan sekitar 320.807 hektar konsesi sawit berada di bentang lanskap yang mengalami banjir parah,” jelasnya.

Dok.KLH Pembukaan hutan di Aceh untuk sawit dan tambang ilegal.

Konversi hutan di wilayah variabel pembatas menjadi perkebunan sawit monokultur telah menghilangkan fungsi alami hutan sebagai “spons” penyerap air, sehingga limpasan air meningkat tajam dan memperparah bencana.

Jika pola yang sama diterapkan di Papua, Achmad menilai risikonya bisa jauh lebih besar. Papua masih memiliki bentang alam yang relatif utuh dan berfungsi sebagai penyangga ekologis penting, baik bagi Indonesia maupun dunia.

“Kerusakan hutan di wilayah ini tidak hanya berdampak pada lingkungan lokal, tetapi juga terhadap keanekaragaman hayati global, emisi karbon, serta keberlangsungan hidup masyarakat adat yang bergantung langsung pada hutan,” kata dia.

“Papua seharusnya menjadi pelajaran terakhir, bukan korban berikutnya,” tambahnya.

Sederet tantangan penanaman sawit di Papua

Peneliti Pertanian dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Eliza Mardian, menilai tantangan pertama yang perlu menjadi perhatian adalah bagaimana merancang kebijakan yang adil, berkelanjutan, dan benar-benar berpihak pada petani tanpa mengorbankan lingkungan.

googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-for-outstream'); });
.ads-partner-wrap > div { background: transparent; } #div-gpt-ad-Zone_OSM { position: sticky; position: -webkit-sticky; width:100%; height:100%; display:-webkit-box; display:-ms-flexbox; display:flex; -webkit-box-align:center; -ms-flex-align:center; align-items:center; -webkit-box-pack:center; -ms-flex-pack:center; justify-content:center; top: 100px; }
LazyLoadSlot("div-gpt-ad-Zone_OSM", "/31800665/KOMPAS.COM/news", [[300,250], [1,1], [384, 100]], "zone_osm", "zone_osm"); /** Init div-gpt-ad-Zone_OSM **/ function LazyLoadSlot(divGptSlot, adUnitName, sizeSlot, posName, posName_kg){ var observerAds = new IntersectionObserver(function(entires){ entires.forEach(function(entry) { if(entry.intersectionRatio > 0){ showAds(entry.target) } }); }, { threshold: 0 }); observerAds.observe(document.getElementById('wrap_lazy_'+divGptSlot)); function showAds(element){ console.log('show_ads lazy : '+divGptSlot); observerAds.unobserve(element); observerAds.disconnect(); googletag.cmd.push(function() { var slotOsm = googletag.defineSlot(adUnitName, sizeSlot, divGptSlot) .setTargeting('Pos',[posName]) .setTargeting('kg_pos',[posName_kg]) .addService(googletag.pubads()); googletag.display(divGptSlot); googletag.pubads().refresh([slotOsm]); }); } }

Menurut Eliza, mengoptimalisasi skema insentif untuk mendorong petani meningkatkan produktivitas, perlu dilakukan.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Roy Suryo Cs Tetap Tersangka Usai Gelar Perkara Khusus, Dian Sandi PSI: Bukti Ijazah Jokowi Benar Asli
• 17 jam lalufajar.co.id
thumb
Ahmad Dhani ungkap El Rumi akan menikah tahun depan
• 4 jam laluantaranews.com
thumb
Katalis Baru Emiten Ultrajaya (ULTJ) Gabung Program MBG Pemerintah Apa Dampaknya
• 15 jam lalukatadata.co.id
thumb
Dorong Pelestarian Lingkungan, Sepeda Toa Makassar  Serahkan 1.000 Bibit ke Pemkot
• 15 jam laluharianfajar
thumb
iPhone 17 versi murah bakal punya fitur magsafe? Ini bocoran terbarunya dan perkiraan rilis
• 19 jam lalubrilio.net
Berhasil disimpan.