KOMPAS.TV - Bencana di Sumatera tak hanya merenggut ribuan nyawa manusia, tetapi juga menghapus jejak kehidupan satwa liar sebagai penjaga ekosistem hutan.
Di tengah puing-puing kayu, lumpur, dan reruntuhan, alam seolah ikut menangis atas kerusakan yang sebagian diciptakan oleh manusia sendiri.
Bencana Sumatera menunjukkan kondisi ekologis yang memprihatinkan. Banjir bandang dan longsor yang dipicu oleh hujan ekstrem dan kerusakan hutan telah mengubah wajah alam di sejumlah daerah. Bencana ini pun ikut merenggut ribuan jiwa satwa liar yang juga terdampak parah akibat hilangnya habitat mereka.
Dari data per 15 Desember 2025, BNPB merilis jumlah korban jiwa akibat bencana di Sumatera kini menembus 1.022 jiwa, 206 hilang, dan 7 ribu jiwa terdampak.
Namun di balik angka itu, tak ada data yang ditampilkan untuk menghitung jumlah satwa yang hilang, terluka, bahkan mati. Padahal ini adalah duka lain yang juga harus diketahui.
Seekor gajah Sumatera ditemukan mati, terjepit di antara tumpukan kayu gelondongan yang terseret banjir bandang.
Menurut analis, kematian satwa-satwa ini menjadi pengingat bahwa bencana ekologis bukan semata peristiwa alam. Rusaknya hutan, alih fungsi lahan, dan eksploitasi tanpa kendali membuat satwa tak punya tempat berlindung saat bencana datang.
Tak hanya itu, di habitat yang kian sempit, orangutan Tapanuli, salah satu primata langka dunia, juga ditemukan tak bernyawa, tertimbun lumpur dan kayu.
#hutan #banjirsumatera #gajah #orangutan
Penulis : kharismaningtyas
Sumber : Kompas TV
- satwa liar
- bencana sumatera
- banjir bandang
- kerusakan hutan
- krisis ekologi
- gajah sumatera


:strip_icc()/kly-media-production/medias/5450362/original/009484400_1766138353-IMG_4376.jpg)

