Bisnis.com, JAKARTA — Militer Amerika Serikat melancarkan serangan besar-besaran terhadap puluhan target kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Suriah pada Jumat (19/12/2025) waktu setempat.
Langkah tersebut merupakan aksi balasan atas serangan yang menewaskan personel AS.
Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth mengatakan serangan tersebut menargetkan pejuang ISIS, infrastruktur, dan lokasi persenjataan, serta diberi nama Operation Hawkeye Strike.
“Ini bukan awal dari sebuah perang—ini adalah deklarasi pembalasan. Hari ini, kami memburu dan membunuh musuh-musuh kami. Banyak dari mereka. Dan kami akan terus melanjutkannya," ujar Hegseth dilansir dari Reuters, Sabtu (20/12/2025).
Koalisi pimpinan AS dalam beberapa bulan terakhir terus melakukan serangan udara dan operasi darat di Suriah yang menyasar terduga anggota ISIS. Operasi tersebut kerap melibatkan aparat keamanan Suriah.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump sebelumnya berjanji akan melakukan pembalasan setelah serangan yang diduga dilakukan ISIS menewaskan personel AS di Suriah pada akhir pekan lalu.
Trump melalui media sosial menyatakan pemerintah Suriah sepenuhnya mendukung serangan tersebut dan menyebut AS telah memberikan pembalasan yang sangat serius.
Komando Pusat AS (U.S. Central Command) menyampaikan bahwa serangan tersebut menghantam lebih dari 70 target di wilayah Suriah bagian tengah. Jet tempur Yordania turut mendukung operasi tersebut.
Seorang pejabat AS mengatakan serangan dilakukan menggunakan jet tempur F-15 dan A-10, helikopter Apache, serta sistem roket HIMARS.
Pemerintah Suriah menegaskan kembali komitmennya untuk memerangi ISIS dan memastikan kelompok tersebut tidak memiliki tempat aman di wilayah Suriah, sebagaimana disampaikan dalam pernyataan Kementerian Luar Negeri Suriah.
Sebelumnya, dua prajurit Angkatan Darat AS dan seorang penerjemah sipil tewas pada Sabtu di kota Palmyra, Suriah tengah. Serangan dilakukan oleh seorang penyerang yang menyasar konvoi pasukan Amerika dan Suriah sebelum akhirnya ditembak mati, menurut keterangan militer AS. Tiga prajurit AS lainnya dilaporkan mengalami luka-luka.
Saat ini sekitar 1.000 personel militer AS masih ditempatkan di Suriah. Kementerian Dalam Negeri Suriah menyebut pelaku serangan merupakan anggota aparat keamanan Suriah yang diduga bersimpati kepada ISIS.
Pemerintahan Suriah saat ini dipimpin oleh mantan kelompok pemberontak yang menggulingkan Presiden Bashar al-Assad tahun lalu setelah perang saudara selama 13 tahun.
Pemerintahan tersebut juga mencakup mantan anggota cabang Al Qaeda di Suriah yang telah memutuskan hubungan dengan kelompok tersebut dan terlibat bentrokan dengan ISIS.
Suriah diketahui telah bekerja sama dengan koalisi pimpinan AS dalam memerangi ISIS, termasuk mencapai kesepakatan bulan lalu saat Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa melakukan kunjungan ke Gedung Putih.





