Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (KP2MI) mengungkapkan bahwa Indonesia baru mengisi sebanyak 20 persen dari 350.000 peluang kerja migran pada 2025.
"Pemetaan tahun 2025 itu 350.000 pekerja migran berpeluang kerja luar negeri dan profesional semua. Kita baru bisa mengisi 20 persen sehingga masih 80 persen kita belum bisa mengisinya," kata Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Mukhtarudin.
Hal itu disampaikan dalam acara pelepasan perdana PMI skema visa E7 ke Korea Aerospace Industries (KAI) oleh PT Prima Duta Sejati di Jakarta Selatan, Jumat.
Sebanyak 20 persen dari 350.000 itu dalam arti sudah terisi 70.000. Sedangkan yang belum terisi sekitar 280.000 pekerja migran sehingga masih ada permintaan yang belum dipenuhi.
Baca juga: 12 pekerja Indonesia siap berkarya di industri pesawat Korea Selatan
Dia menilai salah satu faktornya, yakni adanya kesenjangan pendidikan seperti SMK maupun perguruan tinggi terhadap kebutuhan kompetensi bekerja di luar negeri.
Karena itu, Presiden Prabowo Subianto telah menyiapkan program vokasi pada tahun 2026 yang diharapkan mampu menghasilkan lulusan berkompeten.
"Inilah yang harus kita jembatani melalui pelatihan dan vokasi agar peluang kerja tersebut bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin," katanya.
Baca juga: KP2MI awali program 500.000 pekerja migran terampil 2026
Dia juga menyoroti Hari Migran Internasional sebagai momentum bagi Indonesia untuk memastikan para pekerja migran terlindungi, mulai dari sebelum keberangkatan hingga mereka kembali ke tanah air.
KP2MI memulai upaya untuk mencapai target penempatan 500.000 pekerja migran terampil pada 2026 dengan melepas secara resmi 1.035 pekerja ke luar negeri.
Pekerja migran profesional itu dilepas ke beberapa negara seperti Korea, Hong Kong, Taiwan dan Jepang.
Berdasarkan data Sistem Komputerisasi Pelayanan, Penempatan dan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (SISKOP2MI), jumlah penempatan pekerja migran hingga 15 Desember 2025 mencapai 286.422 atau 110,5 persen dari target 259.144.
"Pemetaan tahun 2025 itu 350.000 pekerja migran berpeluang kerja luar negeri dan profesional semua. Kita baru bisa mengisi 20 persen sehingga masih 80 persen kita belum bisa mengisinya," kata Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Mukhtarudin.
Hal itu disampaikan dalam acara pelepasan perdana PMI skema visa E7 ke Korea Aerospace Industries (KAI) oleh PT Prima Duta Sejati di Jakarta Selatan, Jumat.
Sebanyak 20 persen dari 350.000 itu dalam arti sudah terisi 70.000. Sedangkan yang belum terisi sekitar 280.000 pekerja migran sehingga masih ada permintaan yang belum dipenuhi.
Baca juga: 12 pekerja Indonesia siap berkarya di industri pesawat Korea Selatan
Dia menilai salah satu faktornya, yakni adanya kesenjangan pendidikan seperti SMK maupun perguruan tinggi terhadap kebutuhan kompetensi bekerja di luar negeri.
Karena itu, Presiden Prabowo Subianto telah menyiapkan program vokasi pada tahun 2026 yang diharapkan mampu menghasilkan lulusan berkompeten.
"Inilah yang harus kita jembatani melalui pelatihan dan vokasi agar peluang kerja tersebut bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin," katanya.
Baca juga: KP2MI awali program 500.000 pekerja migran terampil 2026
Dia juga menyoroti Hari Migran Internasional sebagai momentum bagi Indonesia untuk memastikan para pekerja migran terlindungi, mulai dari sebelum keberangkatan hingga mereka kembali ke tanah air.
KP2MI memulai upaya untuk mencapai target penempatan 500.000 pekerja migran terampil pada 2026 dengan melepas secara resmi 1.035 pekerja ke luar negeri.
Pekerja migran profesional itu dilepas ke beberapa negara seperti Korea, Hong Kong, Taiwan dan Jepang.
Berdasarkan data Sistem Komputerisasi Pelayanan, Penempatan dan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (SISKOP2MI), jumlah penempatan pekerja migran hingga 15 Desember 2025 mencapai 286.422 atau 110,5 persen dari target 259.144.





