MAKASSAR, KOMPAS - Menjelang akhir tahun, kelangkaan solar akut terjadi di wilayah Makassar, dan sejumlah daerah lain Sulawesi Selatan. Antrean kendaraan mengular sejak pagi hingga malam hari. Para pengendara mengeluhkan kinerja dan pengawasan Pertamina, khususnya pelangsir solar di tengah peningkatan penumpang mudik dan wisata.
Hingga Sabtu (20/12/2025) antrean kendaraan untuk membeli solar terjadi merata di semua stasiun pengisian bahan bakar di Makassar. Pengendara antre sejak subuh untuk mendapatkan jatah solar.
Fahri (32), sopir dengan rute Makassar ke Luwu Timur, telah antre sejak jam 5 dini hari. Setelah tiba dari Sorowako, dan menurunkan penumpang, ia lantas menuju SPBU di Jalan Urip Sumoharjo untuk mengisi bahan bakar.
“Biasanya, jam 7 pagi kita sudah pulang, persiapan berangkat lagi sebentar malam. Ini sudah mau siang belum bisa isi, katanya sebentar jam 12 siang baru ada stok,” katanya.
Dua hari sebelumnya, ia bercerita, antre sejak subuh hingga sore hari. Itupun ia hanya mendapatkan jatah 100 liter solar dari kebutuhan 200 liter. Ia mengaku cukup beruntung, sebab beberapa rekannya bahkan tidak mendapatkan solar dan harus mencari ke tempat lain.
Didi (47), sopir lainnya menuturkan, kelangkaan solar semakin parah sepekan terakhir. Jika sebelumnya hanya antre dua hingga tiga jam, sekarang bisa seharian menanti. Hal itu pun tidak menjadi jaminan bisa mendapatkan stok saat pengisian berlangsung.
Selama 20 tahun lebih menjadi sopir, ia merasa kelangkaan solar saat ini merupakan paling parah. Sebab, stok tidak jelas tersedia meski telah menunggu berjam-jam. Ia khawatir situasi ini membuat penumpang kian kesulitan di tengah meningkatnya animo liburan dan wisata.
“Harusnya sekarang saat mudah untuk mendapatkan solar karena orang banyak bepergian. Itu menunjang wisata daerah. Tapi kenapa susah sekali untuk dapat solar? Sementara ada mobil minibus yang isi bisa sampai 500 liter? Tidak masuk akal,” tanyanya.
Esra (36) sopir lainnya, melihat kelangkaan solar ini disebabkan permintaan yang tinggi di akhir tahun. Dalam masa itu, beberapa oknum mengambil kesempatan untuk melangsir solar subsidi untuk kebutuhan pribadi.
Ia berharap agar pemerintah serius menangani para pelangsir sehingga kelangkaan solar tidak terjadi. Penegakan hukum penting dilakukan agar ada efek jera bagi para pelaku. “Sudah harus dibasmi karena benar-benar mengganggu sopir seperti kami. Di Makassar saja yang kota besar seperti ini, bagaimana daerah lain yang tidak diawasi?” tambah Esra.
Ketua Komisi D DPRD Sulsel Kadir Halid menuturkan, pihaknya segera mengambil langkah untuk mengetahui penyebab utama kelangkaan ini. Terlebih lagi, kelangkaan terjadi di akhir tahun saat aktivitas warga meningkat, baik itu mudik jelang natal, maupun liburan di akhir tahun.
“Kami segera pertanyakan ke Pertamina soal kelangkaan ini. Apakah stok yang berkurang atau ada hal lain yang terjadi,” ucapnya.
Area Manager Communication, Relation, dan CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi, Fahrougi Andriani Sumampouw yang dihubungi belum merespon pertanyaan yang dikirimkan.
Kelangkaan solar menjadi fenomena yang berulang di berbagai wilayah, termasuk Sulawesi Selatan. Akhir tahun lalu, kelangkaan bahan bakar terjadi merata meski Pertamina mengaku tidak mengurangi stok dan penyaluran. Meski begitu, di lapangan antrean mengular dan para oknum pelangsir mengambil kesempatan.

:strip_icc()/kly-media-production/medias/5451024/original/033120300_1766217588-d5f4472d-dc9c-4f17-bf9c-d66143caa0a3.jpeg)


