MerahPutih.com - Anggota Komisi V DPR RI dari Daerah Pemilihan Aceh, Irmawan, mendorong pemerintah untuk mempercepat penyaluran bantuan air bersih bagi masyarakat terdampak banjir dan longsor di Aceh, Sumatra Barat, dan Sumatra Utara.
Menurutnya, air bersih merupakan kebutuhan dasar yang tidak bisa ditunda dalam kondisi darurat pascabencana.
Irmawan menilai krisis air bersih menjadi persoalan serius karena banyak sumber air warga rusak atau tercemar akibat bencana. Sejumlah sumur warga tertimbun lumpur, tercemar limbah, bahkan rusak akibat pergerakan tanah.
“Kami sangat prihatin dengan kondisi masyarakat pascabencana. Air bersih adalah kebutuhan paling mendasar, namun justru setelah bencana air menjadi barang langka. Banyak sumur warga tidak lagi bisa digunakan karena tercemar lumpur dan kotoran,” kata Irmawan di Aceh, dikutip Sabtu (19/12).
Baca juga:
Keadaan Korban Bencana Sumatra Makin Mengkhawatirkan, Komisi V DPR: Pemerintah tak Perlu Malu dan Alergi Terima Bantuan Asing
Ia menjelaskan, secara geografis banyak wilayah terdampak berada di kawasan perbukitan dan sepanjang aliran sungai. Saat banjir dan longsor terjadi, sumber mata air tertutup material tanah, jaringan perpipaan rusak, serta instalasi pengolahan air tidak berfungsi. Akibatnya, warga sepenuhnya bergantung pada bantuan air bersih dari pemerintah.
Menurut Irmawan, air bersih dibutuhkan untuk kebutuhan dasar seperti minum, memasak, mandi, dan mencuci. Namun hingga kini, kebutuhan tersebut belum sepenuhnya terpenuhi di sejumlah lokasi terdampak.
“Bahkan untuk kebutuhan sederhana seperti mandi dan mencuci pakaian masih sangat terbatas. Masih ada warga yang mengenakan pakaian berlumur lumpur karena tidak bisa dicuci akibat kekurangan air bersih,” ujarnya.
Baca juga:
Anggota DPR Dorong Pemerintah Terima Bantuan Internasional untuk Korban Bencana Sumatra, Rakyat tak akan Kecewa
Irmawan juga mengingatkan bahwa krisis air bersih berpotensi memicu masalah kesehatan, terutama bagi anak-anak dan kelompok rentan. Minimnya pasokan air bersih dilaporkan menyebabkan meningkatnya kasus penyakit kulit dan diare di sejumlah titik pengungsian.
“Banyak anak mengalami penyakit kulit karena tidak bisa membersihkan diri dengan layak. Jika dibiarkan, kondisi ini bisa berkembang menjadi krisis kesehatan,” katanya.
Ketua DPW PKB Aceh itu menambahkan, sebagian warga bahkan harus berhari-hari tidak mandi karena keterbatasan pasokan air bersih. Ia pun mendesak pemerintah agar penyaluran air bersih dilakukan secara masif, merata, dan berkelanjutan, termasuk ke wilayah terpencil dan sulit dijangkau.
“Air bersih bukan sekadar bantuan tambahan, tetapi kebutuhan utama yang menentukan kesehatan, martabat, dan keselamatan warga terdampak bencana,” pungkasnya. (Pon)




