Media Amerika Serikat melaporkan bahwa platform video pendek TikTok pada Kamis (18 Desember) menyatakan telah membentuk sebuah perusahaan patungan baru di Amerika Serikat bersama para investor, guna menghindari ancaman larangan akibat kepemilikan Tiongkok. Langkah ini memungkinkan TikTok untuk terus beroperasi di AS. Versi TikTok Amerika diperkirakan akan resmi berpindah tangan pada 22 Januari tahun depan.
EtIndonesia. Bloomberg dan media Axios, mengutip sebuah memo internal, melaporkan bahwa CEO TikTok Zhou Shouzi menyampaikan kepada karyawan bahwa TikTok dan perusahaan induknya di Tiongkok, ByteDance, telah sepakat membentuk entitas baru. Investor utama meliputi Oracle, perusahaan ekuitas swasta Silver Lake, serta lembaga investasi MGX yang berbasis di Abu Dhabi.
TikTok telah menandatangani perjanjian dengan ketiga manajer investasi tersebut, dan transaksi dijadwalkan selesai pada 22 Januari tahun depan. Mulai saat itu, TikTok di Amerika Serikat akan dioperasikan secara resmi oleh perusahaan patungan baru.
Perusahaan patungan baru tersebut bernama “TikTok USDS Joint Venture LLC”. Sebanyak 50% saham dimiliki oleh konsorsium investor baru, di mana Oracle, Silver Lake, dan MGX masing-masing memegang sekitar 15% (sisa 5% saham dipegang oleh investor baru lain yang belum diumumkan).
Sebanyak 30,1% saham dimiliki oleh perusahaan afiliasi dari sebagian investor lama ByteDance, sementara ByteDance sendiri memegang sisa 19,9% saham, sesuai dengan ketentuan hukum federal AS yang menyatakan bahwa “perusahaan atau individu yang berbasis di Tiongkok tidak boleh memiliki lebih dari 20%”.
Zhou Shouzi menyatakan dalam memo tersebut bahwa bisnis TikTok di Amerika Serikat akan dijalankan di bawah struktur perusahaan patungan yang baru.
Ia juga mengatakan bahwa perusahaan patungan baru akan dikelola oleh dewan direksi baru yang terdiri dari 7 orang, dengan mayoritas warga negara Amerika Serikat, serta tunduk pada ketentuan yang bertujuan melindungi data warga AS dan keamanan nasional AS. Dewan ini juga bertanggung jawab atas perlindungan data pengguna AS, memastikan keamanan algoritma inti TikTok di Amerika, serta melakukan moderasi konten.
Memo tersebut menambahkan bahwa Oracle, selain sebagai investor, juga akan bertindak sebagai “mitra keamanan terpercaya”, yang bertanggung jawab melakukan audit dan verifikasi kepatuhan terhadap ketentuan keamanan nasional.
Sementara itu, menurut China Science and Technology Innovation Board Daily (科創板日報) yang mengutip sumber internal ByteDance, ByteDance tetap mempertahankan bisnis e-commerce dan periklanan TikTok di Amerika Serikat.
Perjanjian ini pada dasarnya mengkonfirmasi pengumuman Gedung Putih pada September lalu. Saat itu, Gedung Putih menyatakan bahwa perusahaan patungan yang baru dibentuk akan memenuhi persyaratan undang-undang yang disahkan pada 2024, yang menetapkan bahwa TikTok akan menghadapi larangan jika ByteDance masih mempertahankan kepemilikan mayoritas.
Berdasarkan keputusan Presiden AS Donald Trump pada September yang kembali menunda kebijakan “jual atau dilarang” selama 120 hari, para pihak diberi waktu hingga sebelum 23 Januari untuk mencapai kesepakatan. Tanggal penyerahan operasi TikTok di AS kepada operator baru, yaitu 22 Januari, tepat sesuai dengan tenggat waktu tersebut. (Hui)


