TABLOIDBINTANG.COM - Bencana yang melanda sejumlah wilayah di Aceh tak hanya meninggalkan duka mendalam, tetapi juga menggugah nurani banyak pihak.
Di tengah reruntuhan dan keterbatasan pascabencana, muncul sosok putri daerah yang memilih pulang dan berbuat nyata. Dialah Putroe Sambinoe Meutuah, pilot perempuan Citilink yang terjun langsung ke lokasi terdampak demi misi kemanusiaan.
Pada 11–13 Desember 2025, Putroe yang tergabung dalam Asosiasi Pilot Citilink (APIC) mendatangi wilayah Kabupaten Pidie Jaya, Kecamatan Sawang, dan Kecamatan Langkahan.
Keputusannya turun ke lapangan bukan sekadar menjalankan tugas organisasi, melainkan panggilan hati sebagai anak Aceh yang tak tega melihat kondisi kampung halamannya.
Sebagai putri asli Aceh, Putroe merasa memiliki tanggung jawab moral untuk memastikan bantuan dari rekan-rekan sesama pilot benar-benar dirasakan oleh warga terdampak.
Dari hasil pemantauan di lapangan, ia melihat kebutuhan paling mendesak adalah layanan kesehatan.
“Saya hanya ingin membantu sebisanya karena saya berasal dari sini, dari Aceh. Setelah melihat langsung kondisinya, ternyata bantuan medis sangat minim. Dari situlah kami memutuskan membangun posko kesehatan dengan obat-obatan hasil sumbangan anggota APIC,” ujar Putroe dengan mata berkaca-kaca.
Di tengah kondisi serba terbatas, posko medis darurat yang didirikan Putroe dan tim APIC menjadi harapan baru bagi warga. Momen paling menggetarkan hati terjadi di wilayah Sawang, ketika listrik padam dan malam diselimuti kegelapan.
“Ada seorang nenek yang sudah sangat tua, berjalan sendirian dalam gelap demi bisa berobat ke posko kami. Melihat itu, rasanya sedih sekali,” kenang Putroe.
Tak hanya itu, ketulusan warga Aceh juga membekas kuat di hati para relawan. Saat tim APIC harus bekerja hingga larut malam karena membludaknya pasien, para pengungsi justru menawarkan tikar alas tidur mereka.
“Mereka sendiri kekurangan, tapi masih mau berbagi sebagai bentuk terima kasih. Itu benar-benar menyentuh kami,” tambahnya.
Bantuan yang disalurkan melalui koordinasi Putroe meliputi obat-obatan, pakaian, alat ibadah, perlengkapan sanitasi (hygiene kits), hingga makanan hewan. Kehadiran tim APIC menjadi bantuan medis pertama yang diterima warga setelah hampir dua pekan pascabencana.
“Kami di sini menjalankan misi kemanusiaan bersama warga setempat. Semoga niat baik ini memberi manfaat nyata bagi masyarakat, sebagai pengabdian kepada bangsa dan bakti saya untuk tanah kelahiran,” tutup Putroe.
Aksi kemanusiaan Putroe Sambinoe Meutuah menjadi bukti bahwa bencana memang menyisakan luka, namun juga mampu melahirkan harapan, dari hati seorang pilot yang tak pernah melupakan asal-usulnya.




