Harga Kakao Global Anjlok, Mengapa Harga Cokelat Tak Kunjung Turun?

kumparan.com
3 jam lalu
Cover Berita

Setelah sempat melonjak tajam dan mencetak rekor tahun lalu, harga kakao kini justru mengarah ke penurunan tahunan terdalam sepanjang sejarah.

Meski demikian, kondisi ini belum membawa kabar baik bagi konsumen. Harga cokelat batangan, permen, hingga cokelat musiman seperti cokelat Santa diperkirakan masih akan bertahan mahal dalam waktu cukup lama.

Mengutip Bloomberg, lonjakan harga kakao tahun lalu yang hampir mencapai tiga kali lipat memukul produsen cokelat. Banyak perusahaan terpaksa menaikkan harga jual karena masih mengolah stok biji kakao yang dibeli saat harga berada di titik tertinggi.

Selain itu, sejumlah produsen sudah mengubah komposisi resep sebagai respons terhadap mahalnya bahan baku, dan perubahan tersebut tidak mudah dibatalkan dalam waktu singkat.

Pelaku industri dan analis memperkirakan, dampak dari harga kakao yang lebih murah baru akan terasa di rak-rak supermarket pada paruh kedua tahun depan. Itu pun belum tentu terjadi.

Artinya, konsumen yang sudah terbebani kenaikan harga bahan pangan lain, mulai dari daging sapi hingga kopi, masih harus berpikir ulang apakah cokelat tetap menjadi camilan yang terjangkau.

“Harga yang saat ini dihadapi industri cokelat sangat tinggi dan memberatkan,” kata Analis Komoditas, Jonathan Parkman di London.

“Akan butuh waktu cukup lama bagi kita untuk mengatasi hal itu," imbuhnya.

Tembus USD 13.000 per Ton

Harga kakao sempat menembus rekor hampir USD 13.000 per ton tahun lalu, dipicu oleh wabah penyakit dan cuaca ekstrem yang merusak perkebunan di Pantai Gading dan Ghana, dua negara pemasok lebih dari separuh kakao dunia.

Namun, seiring membaiknya prospek panen, melemahnya permintaan, dan meredanya kekhawatiran kekurangan pasokan jangka panjang, harga kakao mulai merosot.

"Sepanjang tahun ini, harga kakao turun sekitar 50 persen dan berpotensi mencatat penurunan tahunan terdalam sejak pencatatan dimulai pada 1960," tulis Bloomberg.

Gejolak harga tersebut meninggalkan luka mendalam bagi industri cokelat. Mulai dari perusahaan makanan besar hingga produsen cokelat rumahan di Eropa dan Amerika Serikat harus berebut pasokan kakao sambil berusaha menjaga keseimbangan antara biaya dan keuntungan. Tidak sedikit yang kesulitan bertahan.

Dalam situasi seperti ini, produsen jelas tidak terburu-buru menurunkan harga jual ke konsumen.

Salah satunya Lambertz, produsen permen tertua di Jerman. Perusahaan ini memiliki stok kakao yang cukup hingga hampir pertengahan 2026 setelah mengamankannya saat harga masih sangat tinggi, ujar sang pemilik, Hermann Bühlbecker, yang telah mengabdi di perusahaan tersebut selama sekitar 50 tahun.

“Seingat saya, belum pernah terjadi ledakan harga seperti ini,” katanya.

Perusahaan keluarga bernama Aachener Printen-und Schokoladenfabrik Henry Lambertz GmbH itu memproduksi kue kering dan roti jahe berlapis cokelat, penganan khas Natal yang populer. Keputusan menimbun kakao mahal membuat biaya tahunan perusahaan melonjak sekitar €150 juta (USD 176 juta), atau setara dengan seperlima pendapatan tahun lalu.

Seperti banyak produsen lain, Lambertz tak punya pilihan selain meneruskan beban biaya tersebut ke konsumen, meskipun harus menerima penurunan volume penjualan.

Scott Amoye, wakil presiden komoditas di perusahaan cokelat Guittard Chocolate Co. yang berbasis di California, menyebut produsen kini fokus memulihkan pendapatan dan margin yang tergerus.

“Anda mungkin akan mengalami periode yang signifikan pada tahun 2026 sebelum melihat adanya penurunan harga,” katanya.

Produsen cokelat besar pun cenderung berhati-hati memberi sinyal penurunan harga, dengan alasan pasar kakao masih sangat fluktuatif. Nestle SA, produsen Kit Kat, menilai penurunan harga kakao memang menggembirakan, tetapi masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan.

Sementara itu, Hershey Co., pembuat Reese’s Peanut Butter Cups, memperkirakan potensi deflasi baru akan terasa pada tahun 2026.

Waspada

Sikap waspada ini bukan tanpa alasan. Meski harga kakao berjangka sempat jatuh di bawah USD 5.000 per ton pada November, kini harganya kembali bertengger di kisaran USD 6.000 per ton di New York.

Pelaku pasar mulai meragukan ekspektasi surplus besar musim ini. Sejumlah analis dari Rabobank dan Citigroup Inc. pun memangkas proyeksi mereka dalam beberapa pekan terakhir.

Di Afrika Barat, pasokan kakao masih rentan. Petani kecil di kawasan ini menghadapi keterbatasan dana kronis, minim akses pupuk, bibit tahan penyakit, serta peralatan yang dibutuhkan untuk beradaptasi dengan perubahan iklim.

“Tantangan struktural jangka panjang belum terselesaikan,” kata Peter Feld, kepala eksekutif Barry Callebaut AG, dalam panggilan konferensi analis bulan lalu.

“Pertanian kakao di Afrika Barat menghadapi kesenjangan investasi kronis. Cokelat sudah terlalu murah terlalu lama,” tambahnya.

Sebagai produsen cokelat curah terbesar di dunia, Barry Callebaut kini mengembangkan divisi alternatif kakao dan menjajaki berbagai inovasi untuk meredam dampak volatilitas harga. Perusahaan juga mempertimbangkan pemisahan unit penggilingan kakao dari lini bisnis lainnya.

Di sisi lain, banyak produsen global memilih jalan pintas untuk menekan biaya, seperti menurunkan kadar kakao dalam resep atau memperkecil ukuran produk.

Di Jerman, cokelat batangan Milka berkemasan ungu kini bobotnya 10 persen lebih ringan, meski harganya naik sekitar 25 persen, menurut riset Pusat Konsultasi Konsumen Hamburg. Di Inggris, produk seperti Toffee Crisp dari Nestle dan Penguins dari McVitie bahkan tak lagi bisa disebut “cokelat” karena kandungan mentega kakaonya dikurangi dan diganti minyak nabati yang lebih murah.

Perubahan resep ini bukan perkara sederhana untuk dibatalkan, sehingga dampaknya diperkirakan akan bertahan lama.

Untuk sementara waktu, konsumen lebih mungkin menemukan diskon promosi ketimbang penurunan harga permanen, ujar Allyson Myers, wakil presiden penjualan dan pemasaran di Lake Champlain Chocolates yang berbasis di Vermont. “Kami mungkin tidak akan bisa mengembalikan semuanya,” katanya.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
10 Tips Keuangan agar Hidup Lebih Baik pada 2026
• 18 jam lalubisnis.com
thumb
Momen Prabowo Sapa Debitur Rumah Subsidi dari NTB dan Papua
• 15 jam lalukompas.com
thumb
Pejabat India Dikecam karena Tarik Cadar Perempuan Muslim
• 5 jam laluidntimes.com
thumb
Diplomasi Tanpa Sekat 2025: Bagaimana Dasco Jadi 'Jembatan' Megawati hingga Abu Bakar Baasyir
• 18 jam lalusuara.com
thumb
4 Jenis Daging Paling Sehat, Protein Berkualitas Tinggi
• 11 jam lalugenpi.co
Berhasil disimpan.