Fajar.co.id, Jakarta — Pernyataan Seskab Teddy yang meminta agar para influencer dan media lebih bijak dalam menyampaikan informasi mengenai penanganan bencana di Sumatera hingga kini masih jadi perbincangan.
Peneliti ISEAS Yosuf-Ishak Institut, Made Supriatma, pun turut membahasnya. Dia menilai, akhir-akhir ini semakin banyak keanehan yang diperlihatkan pihak Istana ke publik.
“Di Negeri Semprul ini, orang kadang tidak paham masalah sehingga solusinya pun aneh-aneh. Anak tidak mau makan? Anak tidak suka makanan yang disajikan? Anak kurang “semangat makan” (tafsirkan sendiri artinya), solusinya sopir pengantar makanannya diberi kostum Power Rangers!,” tulis Made, dikutip dari akun media sosialnya, Minggu (21/12/2025).
Inkompetensi, kata dia, ditutupi dengan hal-hal yang aneh. Supaya apa? Supaya perhatian teralih. Inilah negara paternalistik yang sekarang kembali ke hadirat sekalian!
“Rakyat adalah anak-anak. Masih ingat bagaimana anak-anak itu disuapi? Dialihkan perhatiannya, disuruh mangap buka mulut, dan … hap! Makanan dicekoki,” urai Made, mencontohkan.
“Tidak becus urus bencana? Bukannya bencananya yang diurus tapi mulut orang-orang yang menunjukkan ketidakberesan yang disalahkan,” kritiknya lagi.
Menurut Made pemerintahan ini telah gagal. Tidak saja menangani bencana tapi juga di banyak program lain.
“Yang paling menakutkan dari rejim gagal adalah dia akan menutupi kegagalan itu, pertama dengan mengalihkan perhatian. Bicara yang aneh-aneh untuk mengalihkan perhatian,” sambungnya.
“Kalau itu tidak berhasil, ia akan ambil jalan brutal: penindasan. Sikat saja. Culik dan hilangkan. Mereka sudah pernah lakukan ini, bukan?” tanya Made Supriatma.
Para gedibal rejim, sambung Made, sedang berusaha mengalihkan perhatian. Algojo-nya sedang mengasah golok. “Tapi yakinlah, itu hanya akan terjadi kalau kita diam,” tutup pria asal Bali itu.
Sebelumnya diberitakan, Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya menyentil media dan pemengaruh dalam menyampaikan informasi penganan bencana di Sumatera. Dia meminta agar pengaruh tersebut digunakan dengan bijak.
Itu diungkapkan Teddy dalam konferensi pers penanganan bencana. Berlangsung di Lanud Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Jumat 19 Desember 2025.
Mulanya, Teddy menekankan pentingnya kolaborasi antar sektor. Termasuk antara pemerintah dan media.
“Di sini semua butuh kerja sama, kekompakan, energi positif,” kata Teddy.
Dia mengatakan mestinya seluruh pihak membangun narasi optiisme. Saling bantu dan sebarkan energi.
“Ayo kita sama-sama, saya ada di sini. Kalau niat bantu, ayo sama-sama hibur warga, timbulkan optimisme, bikin ketawa, timbulkan senyum. Ayo kita saling bantu, saling jaga, saling dukung, sebarkan energi,” ujar Teddy
Teddy juga mengatakan pemerintah pusat telah melakukan berbagai upaya sejak awal dalam pengangan bencana.
Walau demikian, Teddy mengakui penanganan belum sepenuhnya sempurna.
Dia lalu kembali menyentil media dan pemengaruh. Menurutnya, keistimewaan dalam memngaruhi mestinya digunakan secara bijak.
“Jadi, kalau ada di antara saudara-saudara yang dianugerahkan Tuhan, punya pengaruh, entah itu kecil atau besar, dan punya kemampuan untuk berbicara panjang lebar, gunakanlah dengan bijak,” ucapnya.
Lebih jauh, dia meminta agar pemengaruh dan media tak menggiring-giring opini.
“Bukan sebaliknya, memperumit, sampaikan pernyataan dan pertanyaan yang bijak. Jangan menggiring-giring seolah pemerintah tidak kerja,” ujarnya. (sam/fajar)




