FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Salah satu tersangka laporan Jokowi di Polda Metro Jaya, Rizal Fadillah kembali bicara mengenai penanganan kasus dugaan ijazah palsu Presiden dua periode tersebut.
Ia secara terbuka menyatakan tidak sepenuhnya percaya pada proses uji laboratorium forensik yang hanya dilakukan oleh kepolisian, lalu mendorong keterlibatan TNI dalam pengujian dokumen tersebut.
Dikatakan Rizal, persoalan uji forensik ijazah Jokowi bukan perkara biasa, melainkan isu serius yang sangat menentukan dan dinanti publik.
“Masalah uji laboratorium forensik kasus ijazah palsu Jokowi adalah masalah yang sangat serius dan menentukan. Rakyat sangat menanti,” ujar Rizal kepada fajar.co.id, Minggu (21/12/2025).
Lanjut dia, ijazah Jokowi yang kini berada dalam sitaan Polda Metro Jaya seharusnya diuji secara bersama-sama dengan melibatkan banyak lembaga agar hasilnya benar-benar akurat dan dipercaya publik.
“Ijazah yang kini berada dalam sitaan Polda Metro Jaya patut untuk diuji bersama. Semakin banyak lembaga turut terlibat semakin bagus. Akurasi lebih terjamin,” katanya.
Rizal menyebut lembaga penelitian, perguruan tinggi, hingga TNI memiliki sarana dan kemampuan uji forensik yang memadai.
Ia menekankan pentingnya kolaborasi lintas institusi dalam kasus yang berdampak luas secara nasional.
“Lembaga penelitian, perguruan tinggi, ataupun TNI memiliki sarana uji forensik. Di saat ini penting adanya kolaborasi. Polri harus berbesar hati untuk berbagi,” tegasnya.
Ia bahkan menyebut polemik ijazah Jokowi telah berubah menjadi persoalan besar yang berdampak multidimensi bagi bangsa.
“Ijazah Jokowi tanpa disadari menjadi bencana nasional bagi bangsa Indonesia. Memiliki dampak multi dimensional,” Rizal menuturkan.
Rizal juga mengkritik tingkat kepercayaan publik terhadap institusi kepolisian yang terus menurun.
Ia mengatakan bahwa tidak masuk akal jika masyarakat hanya diminta menunggu pengumuman hasil uji forensik dari Polri semata.
“Adalah naif dan konyol jika rakyat Indonesia hanya cukup menunggu pengumuman hasil uji forensik Kepolisian. Kepercayaan kepada institusi Kepolsian sedang meluncur ke bawah,” imbuhnya.
Ia menyinggung proses hukum yang menetapkan delapan orang sebagai tersangka, termasuk dirinya, dalam perkara ini sebagai indikasi ketidaknetralan aparat.
“Proses penyelidikan dan penyidikan yang menempatkan 8 orang sebagai tersangka jelas menggambarkan Kepolisian itu memihak atau tidak imparsial,” tukasnya.
Rizal bahkan menyebut Jokowi masih memiliki posisi istimewa di mata kepolisian.
“Jokowi masih menjadi anak eh bapak emas Polisi. Mengganggu Jokowi sama dengan mengganggu Kepolisian. Jika demikian kondisinya parah sekali,” terang dia.
Ia menilai hubungan Jokowi dengan institusi kepolisian, termasuk relasi dengan Kapolri, turut mengganggu profesionalisme Polri.
“Jasa Jokowi atas realisasi konsep polisi dimana-mana serta hubungan spesial dengan Kapolri sangat mengganggu profesionalisme Polri. Jokowi menjadi hantu yang menakut-nakuti,” tegas Rizal.
Sebagai solusi, Rizal mendorong keterlibatan TNI yang menurutnya memiliki unit laboratorium forensik di bawah struktur Polisi Militer (POM) di setiap matra.
“TNI memiliki unit laboratorium forensik di bawah struktur POM di setiap matra (AD, AL, AU),” katanya.
Ia menambahkan bahwa laboratorium forensik milik TNI telah memiliki standar akreditasi internasional dan berfungsi mendukung penegakan hukum berbasis bukti ilmiah.
“Pengakuan keberadaannya telah memiliki standar akreditisasi tingkat interjnasional. Fungsi strategisnya adalah agar proses penegakan hukum di kalangan militer berbasis pada bukti yang terkaji secara valid dan saintifik,” bebernya.
Diungkapkan Rizal, kolaborasi uji forensik tidak hanya soal kemampuan teknis, tetapi juga soal kepercayaan publik.
“Kolaborasi uji forensik atas ijazah Jokowi bukan sekedar atas kemampuan lembaga forensik masing-masing yang diragukan melainkan pada tingkat kepercayaan,” jelasnya.
Ia mengakui kecanggihan laboratorium forensik Mabes Polri, namun menilai hal itu tidak sebanding dengan krisis kepercayaan yang dihadapi institusi tersebut.
“Benar laboratorium forensik Mabes Polri cukup canggih, akan tetapi tidak sebanding dengan kepercayaan publik. Banyak rekayasa pada kerja Kepolisian,” ia menekankan.
Rizal pun meminta Presiden Prabowo Subianto mengambil sikap tegas dalam membantu penyelesaian kasus ini.
“Prabowo sebaiknya mengambil sikap tegas dalam membantu menyelesaikan kasus dugaan ijazah palsu Jokowi,” katanya.
Ia secara eksplisit meminta agar Presiden memerintahkan TNI melalui Menteri Pertahanan untuk terlibat langsung.
“Perintahkan TNI melalui Menhan Syafrie Syamsudin agar membantu Kepolisian dalam melakukan uji forensik atas ijazah Jokowi,” tegas Rizal.
Baginya, langkah tersebut perlu dilakukan demi kepentingan bangsa dan negara.
“Mintakan izin agar TNI menguji langsung ijazah Jokowi tersebut. Demi bangsa dan negara, bukan kepentingan pesonal atau institusional. Ijazah Jokowi harus dibongkar oleh lembaga di luar Kepolisian,” harapnya.
“Bukan hanya soal kedaulatan negara, TNI harus maju selangkah. Persoalan kejahatan Jokowi khususnya dugaam ijazah palsu yang menghebohkan bangsa dan dunia juga TNI harus ambil bagian,” sambung dia.
Ia bahkan menyerukan TNI untuk tampil menyelamatkan negara dari apa yang ia sebut sebagai perilaku zalim.
“TNI dituntut tampil segera untuk menyelamatkan negara dari perilaku zalim dan munafik Jokowi dan keluarganya. Tumbangkan oligarki si pengkhianat demokrasi. Bongkar semua kepalsuan. Mulai dari ijazah,” kuncinya.
(Muhsin/fajar)
