Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Tumbuh Kembang dan Pediatri Sosial IDAI, Dr. dr. Hesti Lestari, Sp.A, Subsp. TKPS(K), menjelaskan bahwa kesiapan sekolah anak tidak hanya ditentukan oleh usia. Kesiapan ini mencakup berbagai aspek perkembangan yang saling berkaitan dan perlu dipersiapkan sejak dini agar anak dapat mengikuti proses belajar dengan optimal.
“Itu ada kesiapan sosial emosional, kesiapan secara fisik dan motorik, kesiapan bahasa dan komunikasi, kesiapan secara kognitif, dan kesiapan cara belajar,” tutur dr. Hesti dalam webinar bersama IDAI, Selasa (16/12).
4 Faktor Kesiapan Sekolah Anak Menurut IDAI1. Kesiapan sosial dan emosional
Kesiapan sosial ditunjukkan dari kemampuan anak berinteraksi secara efektif dengan teman sebaya, mampu bekerja sama, menghargai orang lain, serta mengontrol perilakunya. Anak yang siap secara sosial juga mampu menjadi bagian dari kelompok dan berperan di dalamnya.
“Kematangan emosional misalnya, mampu memperhatikan, tidak mengganggu teman, walaupun berulang-ulang dia bisa mengikuti latihannya, tidak menangis setiap kali mengalami kegagalan, memiliki rasa percaya diri, rasa ingin tahu yang sehat,” ucapnya.
2. Kesehatan fisik dan kesiapan motorik
Kesiapan fisik berkaitan dengan kondisi kesehatan secara umum, termasuk kecukupan energi dan daya tahan tubuh terhadap infeksi. Gangguan kesehatan seperti masalah pendengaran, meski bukan bawaan lahir, dapat memengaruhi kemampuan anak menerima pelajaran di sekolah.
Gangguan tidur juga menjadi salah satu faktor yang dapat menghambat proses belajar karena anak menjadi mengantuk dan sulit berkonsentrasi di siang hari.
3. Kesiapan bahasa dan komunikasi
Aspek ini berkaitan dengan kemampuan anak memahami informasi secara verbal serta mengomunikasikan kebutuhan dan keinginannya dengan cara yang dapat dimengerti orang lain.
“Bahasa ini merupakan dasar dan awal sebenarnya dari proses bisa nanti menulis dan membaca,” kata dr. Hesti.
4. Kesiapan kognitif
Kesiapan kognitif terlihat dari pengalaman belajar awal yang dimiliki anak, seperti membaca buku bersama orang tua. Dari kegiatan ini, anak belajar memahami konsep kata sebagai simbol bahasa, mengenali huruf dan bunyinya, serta memahami alur membaca, seperti membalik halaman buku.
5. Kesiapan cara belajar
Setiap anak memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, dipengaruhi oleh temperamen dan pengalaman sebelumnya. Ada anak yang lebih nyaman belajar berkelompok, ada yang lebih fokus saat belajar sendiri.
“Ada juga yang secara kreatif, metodis, ada yang bergairah dalam belajar, ada yang lebih berhati-hati,” pungkasnya.


:strip_icc()/kly-media-production/medias/4338025/original/002773600_1677392396-ilustrasi_investasi.jpg)

