Buntut Insiden Debt Collector di Kalibata, Begini Respons APPI

Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) menyebut bahwa jika masyarakat tidak bisa membayar cicilan, seharusnya didiskusikan saja kepada kreditur menyusul insiden debt collector di Kalibata.

Ketua Umum APPI, Suwandi Wiratno, menegaskan bahwa eksekusi yang terjadi bukan dilakukan secara mendadak. Sebelumnya, sudah ada perjanjian kredit dan prosedur yang telah disepakati kedua belah pihak.

Ia merinci, langkah awal yang dilakukan perusahaan pembiayaan adalah melayangkan peringatan kepada debitur jika terdeteksi adanya tunggakan, jika tidak ada jawaban, baru pihak ketiga yang akan melakukan eksekusi.

“Ya tidak mungkin dong sekonyong-konyong langsung datang. Pasti pada saat tidak bayarkan perjanjiannya ada. Dikasih peringatan, harus dilihat kepada perjanjiannya itu sendiri,” ujarnya saat dihubungi Warta Ekonomi, Minggu (21/12/2025).

Baca Juga: APPI Tegaskan Penarikan Kendaraan Tak Dilakukan Sembarangan, Begini Alur Penagihan Tunggakan Kredit

Jika debitur berada dalam keadaan sulit, kata Suwandi, ia menyarankan hal tersebut untuk dikomunikasikan kepada kreditur untuk mencari jalan keluar, alih-alih tidak merespons surat teguran.

"Kalau dia merespon, dia dateng dia bilang saya lagi susah gini-gitu. Apa mungkin ditarik? Apa mungkin dieksekusi? Kan tidak mungkin," lanjutnya.

Dalam praktik penarikan kendaraan, cekcok memang kerap terjadi. Terlebih, Suwandi mengungkap bahwa 95% kendaraan yang belum lunas cicilannya diketahui telah dijual, digadai, atau dialihkan kepemilikannya oleh debitur hanya bermodalkan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK).

Sayangnya, terkait insiden penarikan hingga berujung korban jiwa, Suwandi tidak bisa memberi tanggapan lebih jauh karena kasus tersebut harus dikulik lebih dalam hingga ke akarnya untuk melihat titik awal.

“Saya tidak bisa berkomentar panjang karena kita belum tahu ceritanya yang jelas dari hulu ke hilirnya,” ucapnya.