Batam (ANTARA) - Kementerian Transmigrasi (Kementrans) tengah menyiapkan program kewirausahaan berbasis pariwisata untuk dikembangkan di kawasan Transmigrasi Tanjung Banun, Kota Batam, Kepulauan Riau, guna menciptakan ekonomi baru.
Menteri Transmigrasi Iftitah Sulaiman Suryanegara membawa langsung pakar kewirausahaan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr Rika Fatimah untuk melihat langsung potensi wirausaha yang bisa dikembangkan di kawasan Transmigrasi Tanjung Banun.
“Jadi Ibu Rika Fatimah ini doktor lulusan Malaysia, tapi beliau sudah melanglang buana ke beberapa negara, terakhir ke Jepang untuk melakukan program kewirausahaan. Saya minta ke sini, meminta tolong tinjau Tanjung Banun punya potensi besar atau tidak untuk wirausahanya,” kata Iftitah di Tanjung Banun, Kota Batam, Minggu.
Menurut Iftitah, dari hasil pengamatan yang dilakukan, Tanjung Banun memilik potensi wirausaha yang sangat besar, salah satunya sentra kuliner, dan lokasi wisata berupa pembangunan hotel kampung atau homestay.
Baca juga: Kementrans gandeng K/L lainnya manfaatkan temuan Tim Ekspedisi Patriot
Potensi ini dilihat dari luas lahan yang dimiliki oleh warga yang sukarela mengikuti program Transmigrasi Lokal di Tanjung Banun yakni seluas 500 meter persegi dan luas bangunan 45 meter persegi.
“Jadi 500 meter itu besar sekali. Banyak yang pengin punya rumah dengan lahan seluas itu. Bapak ibu (transmigran lokal) diberikan 45 meter bangunan, jadi ada sisa lahan bisa diberdayakan untuk model hotel,” ujarnya.
Dia menyebut, wirausaha homestay memiliki potensi besar di Tanjung Banun. Hal ini berdasarkan informasi dari ketua kerukunan di daerah tersebut, bahwa ada tiga kali warga Singapura yang datang ke Tanjung Banun untuk menanyakan apakah mereka bisa memiliki bangunan di kawasan tersebut.
“Warga Singapura aja tertarik pingin punya rumah di sini. Sedangkan bapak dan ibu sekalian sudah memilikinya,” katanya.
Iftitah mengatakan pengembangan wirausaha kuliner dan wisata di Tanjung Banun ini sesuai dengan konsep transmigrasi saat ini yakni menciptakan masa depan. Bahwa transmigrasi bukan lagi pemindahan penduduk beserta lahan dan bangunannya, tetapi bagaimana menciptakan masa depan bagi masyarakat yang mengikuti program Tansmigrasi Lokal di Tanjung Banun.
Baca juga: Mentrans: Investasi bisa hidup berdampingan dengan masyarakat lokal
“Makanya saya sampaikan tadi adalah soal penciptaan masa depan. Nanti kami bikin semacam sentra kuliner, kemudian ada gardu pandangnya sehingga nanti kami bisa datangkan orang dan melihat pemandangan Tanjung Banun yang indah sekali,” ujar Iftitah.
Sebagai langkah awal, Rika Fatimah telah menyerahkan master plan (rancangan induk) model pengembangan wirausaha Tanjung Banun kepada RW Tanjung Banon.
Menteri Transmigrasi Iftitah Sulaiman Suryanegara membawa langsung pakar kewirausahaan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr Rika Fatimah untuk melihat langsung potensi wirausaha yang bisa dikembangkan di kawasan Transmigrasi Tanjung Banun.
“Jadi Ibu Rika Fatimah ini doktor lulusan Malaysia, tapi beliau sudah melanglang buana ke beberapa negara, terakhir ke Jepang untuk melakukan program kewirausahaan. Saya minta ke sini, meminta tolong tinjau Tanjung Banun punya potensi besar atau tidak untuk wirausahanya,” kata Iftitah di Tanjung Banun, Kota Batam, Minggu.
Menurut Iftitah, dari hasil pengamatan yang dilakukan, Tanjung Banun memilik potensi wirausaha yang sangat besar, salah satunya sentra kuliner, dan lokasi wisata berupa pembangunan hotel kampung atau homestay.
Baca juga: Kementrans gandeng K/L lainnya manfaatkan temuan Tim Ekspedisi Patriot
Potensi ini dilihat dari luas lahan yang dimiliki oleh warga yang sukarela mengikuti program Transmigrasi Lokal di Tanjung Banun yakni seluas 500 meter persegi dan luas bangunan 45 meter persegi.
“Jadi 500 meter itu besar sekali. Banyak yang pengin punya rumah dengan lahan seluas itu. Bapak ibu (transmigran lokal) diberikan 45 meter bangunan, jadi ada sisa lahan bisa diberdayakan untuk model hotel,” ujarnya.
Dia menyebut, wirausaha homestay memiliki potensi besar di Tanjung Banun. Hal ini berdasarkan informasi dari ketua kerukunan di daerah tersebut, bahwa ada tiga kali warga Singapura yang datang ke Tanjung Banun untuk menanyakan apakah mereka bisa memiliki bangunan di kawasan tersebut.
“Warga Singapura aja tertarik pingin punya rumah di sini. Sedangkan bapak dan ibu sekalian sudah memilikinya,” katanya.
Iftitah mengatakan pengembangan wirausaha kuliner dan wisata di Tanjung Banun ini sesuai dengan konsep transmigrasi saat ini yakni menciptakan masa depan. Bahwa transmigrasi bukan lagi pemindahan penduduk beserta lahan dan bangunannya, tetapi bagaimana menciptakan masa depan bagi masyarakat yang mengikuti program Tansmigrasi Lokal di Tanjung Banun.
Baca juga: Mentrans: Investasi bisa hidup berdampingan dengan masyarakat lokal
“Makanya saya sampaikan tadi adalah soal penciptaan masa depan. Nanti kami bikin semacam sentra kuliner, kemudian ada gardu pandangnya sehingga nanti kami bisa datangkan orang dan melihat pemandangan Tanjung Banun yang indah sekali,” ujar Iftitah.
Sebagai langkah awal, Rika Fatimah telah menyerahkan master plan (rancangan induk) model pengembangan wirausaha Tanjung Banun kepada RW Tanjung Banon.




