JAKARTA, KOMPAS.com - Di tengah padatnya permukiman perkotaan dan aktivitas warga yang nyaris tak pernah berhenti, terdapat satu kampung yang mencoba menjaga jarak dari kebiasaan buruk.
Tanpa tembok tinggi atau portal pembatas, warga kampung ini sepakat menciptakan ruang hidup yang lebih sehat dengan menjauhkan asap rokok dari keseharian mereka.
Di RW 06, Kelurahan Kayu Manis, Matraman, Jakarta Timur, udara terasa lebih bersih. Anak-anak bermain tanpa harus menyingkir dari asap rokok, ibu-ibu berbincang di teras rumah, dan para lansia duduk berlama-lama di bangku tanpa terganggu bau tembakau.
Baca juga: Terbengkalai sejak 2007, Kenapa Menara Saidah Tak Dirobohkan?
Di gang tersebut, jalan beraspal membentang lurus. Di kanan dan kiri, dinding rumah berdiri berhadapan, membentuk koridor permukiman yang terbuka dan terang oleh cahaya siang.
Selain mural, terpasang pula beberapa spanduk bertuliskan “Selamat Datang di Kawasan Tanpa Asap Rokok” dan “Terima Kasih untuk Tidak Merokok di Kawasan Ini”.
Inisiatif kawasan bebas asap rokok di wilayah ini bukanlah program dadakan. Ia tumbuh dari kesadaran warga, dipelihara melalui kerja kolektif, dan bertahan melewati pasang surut kedisiplinan.
Selama enam tahun terakhir, RW 06 berusaha menjaga konsistensi aturan di tengah keterbatasan pengawasan dan perawatan.
Kesadaran WargaKetua RW 06 Kelurahan Kayu Manis, Ence Santoso, mengatakan bahwa ketiadaan asap rokok di lingkungannya merupakan gagasan mantan Ketua RW 06, Sukaria.
Gagasan tersebut lahir dari kegelisahan pribadi Sukaria yang melihat kebiasaan merokok begitu lekat dengan kehidupan keluarganya.
"Inisiasi awal itu dari anaknya mantan RW terdahulu lalu di dukung oleh puskesmas," Kata Ence saat ditemui di kediamannya, Jumat (19/12/2025).
Ia bercerita bahwa Sukaria mengajak anaknya berpikir tentang manfaat jangka panjang, terutama dari sisi ekonomi.
"RW ini bilang ke anaknya, 'jadinya daripada lo habiskan uang lo dirokok, lebih baik lo enggak merokok, lo kumpulin uang. Sehari berapa untuk merokok? Dua bungkus? kumpulin'" jelas Ence.
Baca juga: Cara Mata Elang Dapat Data Nasabah dengan Mudah dalam Hitungan Detik
Dari kebiasaan merokok tersebut, Ence menyebut, uang yang sebelumnya habis untuk rokok dapat dialihkan menjadi tabungan yang berdampak nyata bagi kehidupan.
"Alhamdulillah, beliau sudah punya rumah berkat tabungan dari rokok. Dia rokok dua bungkus sehari," ucapnya.
Dari Edukasi hingga TerapiPerjalanan untuk menciptakan kawasan bebas asap rokok tidaklah mudah. Edukasi menjadi kunci utama, dibantu oleh peran puskesmas yang aktif mendampingi warga.
Pendekatannya beragam, mulai dari sosialisasi, terapi tatap muka, hingga pemeriksaan kesehatan rutin.
“Jadi mereka menjelaskan bahayanya rokok terhadap diri kita pribadi ataupun orang sekitarnya," kata Ence.
Selain itu, puskesmas juga menyediakan ruang konsultasi bagi warga yang ingin berhenti merokok.
Program tersebut dirancang agar warga tidak merasa sendirian saat berusaha lepas dari ketergantungan nikotin. Pendampingan dilakukan secara berkala agar warga tetap memiliki pegangan dan motivasi.
"Di situ (puskesmas) dikasih masukan atau dikasih pegangan buat kita, itu dua bulan sekali," kata dia.
Upaya untuk berhenti merokok tidak hanya sebatas penyuluhan, tetapi juga dibarengi dengan menjalani pola hidup sehat, serta diberi bantuan medis untuk mengurangi ketergantungan.
Baca juga: Menyelisik Kota Paris di Bogor, Jejak Permukiman Kolonial yang Tak Lagi Asri
"Selain terapi, olahraga, itu pun kemarin dikasih vitamin supaya kita merokok dan itu (rasanya) enggak enak. Dikasih obat supaya kita merasa merokok itu enggak enak," kata dia.
Penolakan WargaEnce mengungkapkan, penolakan sempat terjadi pada masa awal program berjalan. Perdebatan antarwarga tak terhindarkan.
Ada warga yang merasa hak pribadinya dibatasi, ada pula yang menganggap larangan merokok sebagai urusan masing-masing individu.
“Paling sulit, sulit sekali. Karena kan ini istilahnya kampung ya, bahkan kalau kita face to face. Mungkin kalau sama orang tua, mungkin dia bisa ngarahin," katanya.
Upaya untuk menegur sering kali berujung adu argumen karena masing-masing merasa memiliki kebebasan atas tubuh dan uangnya sendiri.
"Cuman kalau sama yang seumuran kita larang (merokok), dia akan adu argumentasi, ‘siapa lu, duit-duit gua, yang sakit gua, begitu pasti jawabnya’," imbuh dia.
Aturan kawasan bebas asap rokok tidak hanya berlaku di ruang publik seperti gang dan teras rumah. Kesepakatan bersama juga menyentuh ruang privat, yakni rumah tangga.




