Faktor Penyebab Pulau Jawa Alami Penurunan Muka Tanah, Masifnya Industri hingga Eksplorasi Air Tanah Berlebihan

viva.co.id
13 jam lalu
Cover Berita

Bandung, VIVA – Badan Geologi mencatat sejumlah kota besar di Pulau Jawa mengalami penurunan muka tanah dengan laju lebih dari lima sentimeter per tahun, bahkan juga terjadi tidak hanya di pesisir tapi juga di dataran tinggi seperti Bandung.

Kepala Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan (PATGTL) Badan Geologi, Agus Cahyono Adi mengatakan, Kota Bandung dan secara lebih besar lagi kawasan Bandung Raya mengalami penurunan muka tanah lebih dari lima sentimeter per tahun dengan berbagai faktor.

Baca Juga :
Peraturan Pemerintah yang Atur Polisi Bisa Tugas di Jabatan Sipil Lagi Disusun, Terbit Akhir Januari 2026
Fakta Mengerikan! Sejumlah Kota Besar di Jawa Alami Penurunan Muka Tanah, Lebih dari 5 Cm per Tahun

Pertama, kata Agus, faktornya adalah masifnya industri, tapi kemudian ada juga alasan tanah lunak dan sedimen muda atau kondisi geologi, lalu urbanisasi yang masif, beban bangunan, serta eksplorasi air tanah yang berlebihan.

"Penurunan muka tanah multifaktor. Wilayah Bandung ini kan terbentuk dari danau purba ya, jadi endapan sedimennya relatif lebih labil daripada daerah yang terbentuk dari bekuan lava yang lebih kuat," katanya.

Agus menjelaskan, sejumlah faktor yang menyebabkan penurunan muka tanah tidak semuanya bisa tertanggulangi, khususnya yang berkaitan dengan kegeologian.

Namun, ada faktor yang bisa tertanggulangi untuk meminimalisasi penurunan muka tanah, yaitu penghentian penggunaan air tanah.

"Faktor alam tidak bisa (dikendalikan), yang bisa dikendalikan adalah mengurangi penggunaan air tanah," katanya.

Selain Bandung, daerah lain yang mengalami penurunan muka tanah lebih dari lima sentimeter adalah Jakarta Utara, Semarang (Genuk, Tanjung Mas, dan Kaligawe), kemudian Sayung di Demak, pesisir Pekalongan, serta Surabaya sebelah timur dan utara.

Plt Kepala Badan Geologi Lana Saria dalam keterangannya juga mengatakan faktor penyebab penurunan tanah itu adalah kondisi geologi, yaitu sedimen atau endapan berumur muda dan tanah lunak. Yang kemudian memperparah adalah eksploitasi air tanah secara berlebihan, beban bangunan, dan urbanisasi masif.

Ketika berkombinasi dengan adanya kenaikan muka laut karena pemanasan global, penurunan tanah yang terjadi berpotensi melahirkan risiko banjir dan rob secara permanen. Dampak lainnya adalah kerusakan infrastruktur dan bangunan, serta menurunnya kualitas hidup dan lingkungan terkait masalah kesehatan dan sanitasi.

Baca Juga :
Warga Badung Bali Berusia di Atas 75 Tahun Dapat 'Kado', Uang Rp 3 Juta
H-5 Natal, 183.581 Orang dan 47 Ribu Kendaraan Seberangi Selat Sunda
Menhub: Pembatasan Kendaraan Angkutan Barang di Tol 24 Jam hingga 4 Januari

Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
1.700 Lubang Tambang Ancam Keselamatan Warga di Kalimantan, Susi Pudjiastuti ke Prabowo: Panggil yang Punya Konsesi!
• 10 jam lalufajar.co.id
thumb
Saan Mustopa Lantik Pengurus DPD NasDem Sukabumi
• 5 jam lalumetrotvnews.com
thumb
Agoda: Liburan Akhir Tahun, Yogyakarta dan Singapura Jadi Pilihan Utama Wisatawan Indonesia
• 22 jam laluwartaekonomi.co.id
thumb
Para Pejabat AS Dorong Legislasi Pelarangan Penjualan Chip AI Canggih ke Tiongkok
• 7 jam laluerabaru.net
thumb
Pelatih Timnas Mesir: Mohamed Salah Punya Motivasi Tinggi di Piala Afrika
• 6 jam lalumedcom.id
Berhasil disimpan.