Jakarta, VIVA – Proses penuaan kulit kerap dianggap baru dimulai saat tanda-tanda kerutan tampak jelas. Padahal, menurut Spesialis Dermatologi, Venereologi, dan Estetika, dr. Dani Djuanda, Sp.D.V.E, FINSDV, FAADV, proses aging sejatinya sudah berlangsung sejak usia 30 tahun. Pada fase ini, tubuh mulai mengalami penurunan fungsi fisiologis secara bertahap, termasuk pada kulit.
“Proses aging sendiri sudah dimulai sejak usia 30 tahun. Jadi kita mulai merawat diri sedini mungkin. Terjadi penurunan sisi tubuh dan penurunan kapasitas fisiologis. Itu yang tidak akan kita alami secara perlahan-lahan dan proses itu berlanjut,” jelas Founder Clara Skin Clinic Raden Saleh itu, saat Launching Geneo X, Clara Skin Care Clinic di Jakarta. Scroll untuk tahu lebih lanjut, yuk!
Tanda-tanda awal penuaan kulit umumnya muncul dalam bentuk garis-garis halus atau fine lines. Salah satu yang paling sering terlihat adalah crow’s feet atau kerutan menyerupai cakar ayam di area sudut mata. Selain itu, muncul pula lingkar hitam di bawah mata (dark circle), bercak hitam (dark spot), melasma, hingga garis lipatan senyum atau smile lines yang semakin tampak dalam seiring waktu.
“Kalau wrinkle itu lebih dalam. Mungkin biasanya kerutan. Kerutan yang dalam. Kalau fine line itu garis-garis. Mulai kerutan tapi masih lebih tipis,” tambahnya.
Menurut dr. Dani, penuaan kulit dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik berkaitan dengan proses alami tubuh seperti usia, genetik, dan perubahan hormon. Pada perempuan, misalnya, penurunan hormon estrogen dan progesteron, terutama menjelang menopause, dapat menyebabkan kulit menjadi lebih kering, pucat, kehilangan elastisitas, hingga mengalami sagging atau pengenduran.
Sementara itu, faktor ekstrinsik berasal dari lingkungan dan gaya hidup, seperti paparan sinar matahari tanpa perlindungan, polusi, kebiasaan merokok, serta pola makan yang tidak sehat. Paparan sinar ultraviolet yang berlebihan dapat membuat kulit menjadi kasar, lebih gelap, dan mengalami pigmentasi tidak merata.
“Oleh sebab itu, perlunya kita menghindari matahari. Biasanya saya menganjurkan ke pasien-pasien saya antara jam 9 sampai jam 3 sore. Itu yang paparan sinar ultraviolet A dan B yang paling tinggi. Dan menggunakan sunscreen setiap hari. Walaupun kita indoor,” ujarnya.



