Saham PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA) langsung menarik perhatian investor sejak resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 17 Desember 2025. Emiten bank digital tersebut mencatatkan penguatan signifikan pasca penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) di harga Rp635 per saham, seiring kepercayaan pasar terhadap kinerja solid dan statusnya sebagai bank kategori KBMI 2.
Pada penutupan perdagangan Jumat (19/12), saham SUPA ditutup di kisaran Rp1.230 per saham. Penguatan ini mencerminkan apresiasi pelaku pasar terhadap prospek Superbank sebagai bank digital dengan fundamental yang terus menguat sejak pencatatan perdana.
Dari sisi kinerja keuangan, hingga November 2025 Superbank membukukan laba sebelum pajak sebesar Rp122,4 miliar. Capaian tersebut ditopang lonjakan pendapatan bunga bersih sebesar 165% secara tahunan (year on year/YoY) menjadi Rp1,4 triliun. Pertumbuhan intermediasi juga tercermin dari Dana Pihak Ketiga (DPK) yang melonjak 149% YoY menjadi Rp11,0 triliun serta penyaluran kredit yang meningkat 58% YoY menjadi Rp9,3 triliun. Sejalan dengan itu, total aset Superbank tumbuh 69% YoY menjadi Rp18,0 triliun.
Baca Juga: Raup Dana Rp2,79 Triliun dari Masyarakat, Superbank Mau Apa?
Kinerja operasional turut menunjukkan ekspansi signifikan. Superbank telah melayani lebih dari 5 juta nasabah dengan rata-rata transaksi harian melampaui 1 juta transaksi per hari, memperkuat posisinya di segmen layanan perbankan digital.
CEO Sucor Sekuritas, Bernadus Wijaya, menilai kinerja Superbank hingga November 2025 mencerminkan penguatan fundamental pasca IPO. “Kombinasi pertumbuhan laba, ekspansi kredit yang terukur, serta peningkatan transaksi harian menunjukkan bahwa Superbank tidak hanya bertumbuh secara agresif, tetapi juga semakin matang dari sisi fundamental,” ujarnya.
Menurut Bernadus, pemenuhan kriteria Bank Umum Berdasarkan Modal Inti (KBMI) 2 dengan modal inti di atas Rp6 triliun turut memperkuat persepsi pasar terhadap keberlanjutan pertumbuhan jangka menengah Superbank. “Dengan struktur permodalan yang lebih kuat dan basis nasabah yang terus berkembang, Superbank memiliki ruang ekspansi yang menarik, yang pada akhirnya dapat menjadi katalis positif bagi valuasi saham ke depan,” tambahnya.
Baca Juga: Kantongi Dana Segar Rp2,79 Triliun dari IPO, Superbank Bakal Perkuat Kredit dan Teknologi Digital
Lebih lanjut, Sucor Sekuritas memandang prospek jangka panjang Superbank tetap atraktif seiring meningkatnya penetrasi layanan perbankan digital serta kebutuhan pembiayaan di segmen ritel dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Status KBMI 2 dinilai akan memperkuat daya saing Superbank di industri perbankan nasional sekaligus menopang fase pertumbuhan berikutnya sebagai perusahaan terbuka.
Selain faktor fundamental, Bernadus juga menyoroti dukungan ekosistem digital yang dimiliki Superbank melalui afiliasi dengan Grab dan Emtek Group, yang secara total memiliki lebih dari 50 juta pengguna. Sinergi tersebut dinilai membuka peluang ekspansi basis nasabah secara berkelanjutan.
“Saya yakin dengan track record yang sangat baik hingga bulan November 2025 ini, Superbank akan mampu memanfaatkan ekosistem yang dimiliki oleh Grab dan Emtek yang memiliki total lebih dari 50 juta pengguna, sehingga Superbank akan mampu menjadi Bank Digital terbesar di Indonesia dalam 2–3 tahun yang akan datang,” tutup Bernadus.


:strip_icc()/kly-media-production/medias/5451539/original/033786600_1766307199-Menanam_Pohon.jpeg)

