Band folk-etnik asal Ternate, Treeshome, menjadi salah satu penampil yang menuai sorotan di panggung Soundrenaline di Bengkel Space SCBD, Jakarta Selatan, Jumat (19/12). Mereka berhasil membawakan lagu-lagu yang bernarasi dan magis.
Kesuksesan di Soundrenaline bukan akhir dari perjalanan, melainkan awal dari rencana ambisius untuk tahun mendatang.
Herman Eross, sang vokalis, sudah menatap jauh ke depan. Bagi mereka, tahun 2026 harus menjadi tahun yang lebih produktif. Salah satu target utama yang mereka adalah pengerjaan album kedua.
"Semoga bisa lebih produktif dan bisa bikin album kedua," ujar Eross.
Album ini rencananya tidak hanya akan menceritakan sejarah Tidore, tapi juga menggali lebih dalam kekayaan budaya dari empat kesultanan besar di Maluku Utara.
"Selama ini, publik lebih banyak mengenal sejarah Tidore melalui lagu Mantra Kabata. Kami ingin di album berikutnya, kesultanan lain seperti Ternate, Bacan, dan Jailolo juga mendapatkan porsi yang sama. Biar orang tahu kesultanan di sana masih ada," tambah Eross.
Selain sebagai musisi, Treeshome ingin tetap menjadi penjaga kelestarian budaya Maluku Utara dengan menyuarakan identitas melalui medium musik modern.
Mimpi BesarSelain album, ada satu mimpi besar yang terus mereka rawat: Keliling dunia. Bagi band yang tumbuh di daerah Ternate ini, melihat dunia luar lewat sudut pandang musik adalah sebuah dambaan.
"Mimpinya bisa mengenalkan kebudayaan dan musik Maluku Utara sampai ke keliling dunia. Amin," ucap Eross.
Untuk mencapai mimpi-mimpi besar itu, Treeshome sudah membuktikan dedikasi mereka melalui kerja keras. Perjalanan dari Ternate ke Makassar, hingga akhirnya tiba di Jakarta, adalah bukti dari perjuangan mereka.
"Kurang lebih sudah dua bulan dari Sondrenaline Makassar sampai Sondrenaline Jakarta. Kami dapat kesempatan main di Makassar, lalu diundang lagi untuk main di Jakarta. Ini sebuah mimpi dan kebanggaan buat kami," tutup Eross.
Di Soundrenaline, Treeshome membawakan lima lagu andalan yang menjadi representasi kekuatan musik mereka.
Dimulai dari Mantra Kabata, kemudian Suara Tanah Rempah, Senja Tak Bernyawa, Bumi Bersuara, dan ditutup dengan manis oleh Jejak Tapak.
Treeshome membawa pulang apresiasi dari ribuan penonton Jakarta sebagai modal untuk mulai menulis lagu-lagu baru. Tahun 2026 menunggu mereka dengan panggung internasional yang mungkin segera memanggil.





/https%3A%2F%2Fcdn-dam.kompas.id%2Fphoto%2Fori%2F2025%2F12%2F18%2F0bd023c4-49a6-4b67-8991-d82f0a138b44.jpg)