Pemerintah Jepang akan mengoperasikan kembali Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Kashiwazaki-Kariwa 15 tahun setelah gempa dan tsunami yang memporak porandakan Fukushima.
PLTN Kashiwazaki-Kariwa merupakan PLTN terbesar di dunia, terletak sekitar 220 kilometer barat laut Tokyo. Gempa dan tsunami Fukushima pada 2011 itu tak hanya jadi bencana alam, tapi juga jadi bencana nuklir terparah sejak Chernobyl.
Gubernur Niigata Hideyo Hanazumi mendapat suara kepercayaan dari anggota parlemen prefektur Niigata untuk mengoperasikan kembali PLTN itu.
"Ini adalah pencapaian, tapi ini bukan akhir. Tidak ada akhir dalam memastikan keselamatan penduduk Niigata," kata Hanazumi kepada wartawan setelah pengambilan suara, dikutip dari Reuters, Senin (22/12).
Meski anggota parlemen mendukung keputusan Hanazumi untuk mengaktifkan kembali Kashiwazaki-Kariwa, sidang majelis yang terakhir untuk tahun ini mengungkap pendapat masyarakat yang terpecah mengenai rencana tersebut.
"Ini tidak lain adalah penyelesaian politik yang tidak mempertimbangkan keputusan penduduk Niigata," kata seorang anggota majelis yang menolak pengaktifan kembali Kashiwazaki-Kariwa.
Di luar gedung parlemen, sekitar 300 orang berunjuk rasa memprotes rencana kembali beroperasinya Kashiwazaki-Kariwa. Mereka membawa spanduk bertuliskan 'Tidak Ada Nuklir', 'Kami menolak pengaktifan kembali Kashiwazaki-Kariwa', dan 'Dukung Fukushima'.
"Saya benar-benar marah dari lubuk hati yang paling dalam," kata Kenichiro Ishiyama (77), warga Niigata yang ikut dalam unjuk rasa itu.
"Jika sesuatu terjadi di pembangkit listrik itu, kami yang akan menanggung akibatnya," katanya lagi.
Sementara itu, NHK melaporkan Tokyo Electric Power Company (TEPCO) sedang mempertimbangkan untuk mengaktifkan kembali Kashiwazaki-Kariwa pada 20 Januari 2026.
"Kami tetap berkomitmen untuk tidak mengulangi kecelakaan seperti itu dan memastikan penduduk Niigata tidak pernah mengalami hal serupa," kata juru bicara TEPCO, Masakatsu Takata.



