Banyak orang langsung merasa terusik saat melihat tulisan “Pesan ini telah dihapus untuk semua orang” di WhatsApp. Ini terjadi karena otak tidak menyukai informasi yang terputus. Ketika sebuah pesan muncul lalu menghilang, pikiran justru bekerja lebih keras untuk menebak maknanya.“pesan ini telah dihapus untuk semua orang”. Ini terjadi karena otak tidak suka ruang kosong. Saat informasi hilang, pikiran justru bekerja lebih aktif untuk mengisinya dengan dugaan.
Mengapa Pesan yang Dihapus Terasa Mengganggu?
Pernah melihat chat masuk, lalu tiba-tiba berubah menjadi tulisan “pesan dihapus”? Seketika muncul banyak pertanyaan di kepala. Apa isinya? Tentang siapa? Apakah tentangku? Pesan yang dihapus sering terasa lebih penting daripada pesan yang sempat terbaca.
Dalam komunikasi langsung, jika seseorang menarik ucapannya, kita masih bisa melihat ekspresi wajah atau bahasa tubuhnya. Kita tahu apakah ia bercanda, ragu, atau menyesal. Tapi dalam chatting, ketika pesan dihapus, semua petunjuk itu lenyap begitu saja.
Itulah sebabnya satu pesan yang tak pernah terbaca bisa memicu rasa penasaran lebih besar daripada percakapan panjang yang jelas maknanya.
Otak tidak suka ketidakjelasan
Saat melihat pesan dihapus, otak otomatis mencari makna. Ia mulai memutar ulang percakapan sebelumnya, mengingat nada chat terakhir, lalu menghubungkannya dengan kondisi emosional kita saat itu. Jika sedang sensitif, pesan yang dihapus terasa seperti sindiran. Jika sedang cemas, ia berubah menjadi ancaman imajiner.
Padahal, bisa saja pesan itu dihapus karena salah kirim, typo, atau sekadar berubah pikiran. Namun otak jarang memilih penjelasan paling sederhana. Ia lebih suka skenario yang dramatis.
Pesan yang dihapus sering terasa personal
Menariknya, pesan yang dihapus sering dianggap berkaitan langsung dengan diri kita. Kita jarang berpikir bahwa pesan itu mungkin tidak penting atau bahkan tidak ada hubungannya sama sekali. Ego perlahan masuk dan membuat segalanya terasa personal.
Dua orang bisa melihat pesan dihapus yang sama, tapi memaknainya berbeda. Yang satu menganggapnya hal sepele, yang lain memikirkannya seharian penuh.
Imajinasi sering lebih keras dari kenyataan
Karena tidak tahu isi pesan sebenarnya, imajinasi mengambil alih. Kita membayangkan kata-kata yang mungkin lebih menyakitkan daripada isi pesan aslinya. Yang dihapus justru terasa lebih berat karena tidak pernah diuji oleh kenyataan.
Sering kali, yang melelahkan bukan pesannya, tapi cerita yang kita bangun sendiri di kepala.
Fitur hapus pesan dan dampaknya pada emosi
Fitur “hapus untuk semua orang” sebenarnya dibuat untuk memperbaiki kesalahan. Namun dalam praktiknya, fitur ini justru membuka ruang salah paham. Pesan yang sudah hilang tidak bisa diklarifikasi, tapi efek emosionalnya terlanjur muncul.
Teknologi memberi kemudahan, tapi otak manusialah yang menambahkan makna berlapis-lapis di atasnya.
Ada beberapa cara menyikapi pesan yang dihapus agar tidak berlebihan:
Jangan langsung mengaitkannya dengan diri sendiri.
Ingat bahwa tidak semua pesan punya makna besar.
Tahan keinginan untuk menebak-nebak tanpa bukti.
Jika perlu, tanyakan secara sederhana tanpa asumsi.
Pesan yang dihapus tidak selalu menyimpan rahasia besar. Sering kali, ia hanya kesalahan kecil yang terlanjur kita besarkan dalam pikiran.
Jadi, ketika kamu melihat pesan yang dihapus untuk semua orang, tarik napas sebentar. Bisa jadi yang mengganggu bukan pesan yang hilang itu, tapi cara otak kita bereaksi terhadap ketidakpastian. Sedikit tenang dan sedikit percaya sering kali cukup untuk menghentikan drama yang tidak perlu.



