Bisnis.com, JAKARTA - Frontier Resources, perusahaan terafiliasi Sinar Mas Group, diketahui berencana mengakuisisi Hyundai LNG Shipping. Namun, rencana aksi korporasi ini mendapat protes dari publik Korea Selatan.
Hyundai LNG Shipping merupakan salah satu perusahaan pengangkut gas alam cair atau LNG terbesar di Korea Selatan.
Menurut pemberitaan sejumlah media Korea Selatan, seperti Herald Corp dan Business Korea, konsorsium yang dipimpin oleh IMM Private Equity dan IMM Investment telah menandatangani share purchase agreement (SPA) untuk menjual 100% saham Aegis One, sebuah special purpose company yang menjadi induk Hyundai LNG Shipping, kepada Frontier Resources pada 26 November 2025.
Adapun, nilai transaksi dari penjualan Hyundai LNG Shipping kepada Frontier Resources diperkirakan mencapai sekitar 3,8 triliun won Korea Selatan (termasuk utang) atau sekitar Rp43,05 triliun (asumsi kurs Rp11,3 per won), dengan nilai ekuitas bersih sekitar 400 miliar won atau sekitar Rp4,53 triliun.
Menurut FitchRatings, Frontier Resources Pte Ltd merupakan kendaraan investasi milik keluarga Widjaja. Perusahaan ini mengendalikan Golden Energy and Resources Pte. Ltd. (GEAR), perusahaan pertambangan Sinar Mas Group yang juga induk dari PT Golden Energy Mines Tbk. (GEMS).
Berdasarkan penelusuran Bisnis, dalam sebuah pengumuman di Australian Securities Exchange, disebut bahwa Frontier Resources sepenuhnya dikendalikan oleh Star Success Pte. Ltd. (Star Success). Adapun, Star Success sepenuhnya dikendalikan oleh Lanny Tranku, istri dari Indra Widjaja yang merupakan putra mendiang taipan pendiri Sinar Mas Group Eka Tjipta Widjaja.
Baca Juga
- Akuisisi Hyundai LNG Shipping oleh Afiliasi Sinar Mas Picu Kontroversi di Korsel
- Moratelindo (MORA) & MyRepublic Sinar Mas Bakal Segera Merger
- Kaleidoskop 2025: Ramai Emiten Kakap Rilis Obligasi, Grup Sinar Mas hingga Bakrie
Informasi publik yang tersedia mengenai Frontier Resources sangat terbatas karena perusahaan tersebut bersifat privat.
Polemik Penjualan Hyundai LNG ShippingRencana penjualan Hyundai LNG Shipping kepada afiliasi Sinar Mas Group itu memicu protes publik Korea Selatan. Diberitakan Korea Times, warga Busan bahkan sampai turun ke jalan menentang rencana bisnis tersebut.
Musababnya, masyarakat di Busan menilai bahwa transaksi ini dapat membuka jalan bagi pengambilalihan perusahaan lain yang dimiliki ekuitas privat seperti SK Shipping dan H-LINE Shipping, yang akan mengganggu infrastruktur transportasi energi Korea.
Selain itu, penjualan Hyundai LNG Shipping juga menjadi ancaman serius terhadap visi maritim Presiden Lee Jae-myung. Masyarakat pun mendesak pemerintah untuk memblokir transaksi tersebut.
"Menjual Hyundai LNG Shipping kepada perusahaan asing juga akan menghambat tujuan pemerintah untuk menjadikan perusahaan pelayaran Korea menangani setidaknya 70% impor energi inti negara," kata Kelompok Masyarakat Busan.
Tak hanya itu, penjualan Hyundai LNG Shipping juga dinilai dapat menggerus lapangan kerja untuk warga Busan.
“Jika pembeli asing mengganti awak kapal Korea yang terampil dan bergaji tinggi dengan pekerja asing untuk memangkas biaya, pasar kerja Busan dapat runtuh,” kata kelompok tersebut.
Senada, Asosiasi Pemilik Kapal Korea dan Federasi Industri Maritim Korea turut menentang penjualan tersebut. Kedua organisasi tersebut memperingatkan bahwa kesepakatan itu dapat membahayakan keamanan energi Korea Selatan.
Organisasi itu mencatat peran Hyundai LNG Shipping dalam mengangkut gas untuk KOGAS.
Menurut Kementerian Kelautan Korea Selatan, kesepakatan penjualan Hyundai LNG Shipping kepada Frontier Resources, memerlukan persetujuan pemerintah tergantung pada strukturnya.
“Kami memantau proses ini dengan cermat karena banyak detail yang masih belum dikonfirmasi,” kata kepala divisi kebijakan pelayaran kementerian.
Pihak kementerian pun sedang memantau proses dengan cermat untuk menilai apakah penjualan itu bisa mengganggu transportasi LNG atau merugikan profitabilitas perusahaan pelayaran Korea Selatan.
Asal tahu saja, pada 2023 IMM sempat mendapat kritik serupa. Saat itu, perusahaan berencana menjual Hyundai LNG Shipping ke perusahaan Eropa. Namun, rencana itu batal karena perbedaan harga dan skeptisme pemerintah.



