Dunia Merugi Hingga Ribuan Triliun Rupiah Akibat Bencana Iklim di 2025

katadata.co.id
5 jam lalu
Cover Berita

Sepuluh bencana iklim terbesar di dunia sepanjang 2025 diperkirakan menyebabkan kerugian hingga US$120 miliar atau sekitar Rp1.800 triliun. 

Laporan Christian Aid bertajuk “Counting the Cost 2025: A year of climate breakdown” menyebut 2025 sebagai salah satu tahun dengan biaya iklim tertinggi. Kerugian terbesar terjadi akibat kebakaran di California, Amerika Serikat yang mencapai US$60 miliar (Rp1.006 triliun) dan menyebabkan kematian lebih dari 400 orang.

Sementara itu, siklon dan banjir yang melanda Asia Tenggara pada November silam diprediksi mengakibatkan kerugian hingga Rp419, 3 triliun. Hingga saat ini, bencana tersebut menewaskan lebih dari 1.750 orang di Thailand, Indonesia, Sri Lanka, Vietnam, dan Malaysia. Peringkat ketiga terjadi saat banjir musiman Cina menewaskan 30 orang dan menyebabkan kerugian sebesar US$11,7 miliar (Rp196,2 triliun).

Laporan tersebut menekankan bencana-bencana ini bukan kejadian alami. Di California, perubahan iklim meningkatkan kondisi cuaca kebakaran ekstrem. Sementara terkait badai di Asia Tenggara, ilmuwan mencatat perubahan iklim meningkatkan intensitas badai sehingga curah hujan melonjak tinggi dan menyebabkan banjir mematikan. Perubahan iklim juga meningkatkan kemungkinan terjadinya topan dengan intensitas seperti Topan Ragasa sebesar 49%.

“Bencana iklim ini merupakan peringatan tentang apa yang akan terjadi jika kita tidak mempercepat transisi dari bahan bakar fosil,” kata CEO Christian Aid, Patrick Watt, dalam keterangan resmi dikutip Senin (22/12).

Patrick juga menggarisbawahi kebutuhan mendesak untuk adaptasi, khususnya di negara-negara Selatan. Sebab, sumber dayanya masih terbatas dan masyarakatnya sangat rentan terhadap guncangan iklim.

Saat dihantam bencana, wilayah-wilayah ini juga mesti menanggung biaya rekonstruksi yang signifikan. Banjir di Sumatra misalnya, diperkirakan membutuhkan US$3 miliar (Rp50,3 triliun). Sementara di Sri Lanka, kebutuhannya mencapai US$6-7 miliar (Rp100-117 triliun).

“Tahun ini mengungkapkan kenyataan brutal perubahan iklim. Sementara negara-negara kaya menghitung kerugian finansial akibat bencana, jutaan orang di seluruh Afrika, Asia, dan Karibia menghitung nyawa, rumah, dan masa depan yang hilang,” tutur Direktur Power Shift Africa, Mohamed Adow.

Adow berharap, tahun depan pemerintah mulai menanggapi isu ini dengan memberi dukungan nyata bagi masyarakat di garis depan. Hal tersebut dilakukan dengan meningkatkan pendanaan bagi yang membutuhkan, serta mengurangi emisi lebih cepat.

Senada dengan hal itu, Profesor Emeritus Fisika Atmosfer di Imperial College London, Joanna Haigh, memandang komunitas dengan sumber daya paling sedikit adalah pihak yang memikul beban paling berat.

“Bencana-bencana ini bukanlah bencana alam, melainkan akibat tak terhindarkan dari perluasan bahan bakar fosil dan penundaan keputusan politik,” sambungnya.

Berikut ini sepuluh bencana dengan kerugian ekonomi tertinggi di dunia sepanjang 2025:

  1. Januari: Kebakaran di Los Angeles, Amerika Serikat, dengan kerugian finansial US$60 miliar (Rp1.006 triliun) dan lebih dari 400 kematian
  2. November: Badai Siklon di Asia Tenggara dan Asia Selatan, dengan kerugian finansial US$25 miliar (Rp419,3 triliun) dan lebih dari 1.750 kematian
  3. Juni-Agustus: Banjir musiman Cina, dengan kerugian US$11,7 miliar (Rp196,2 triliun) dan lebih dari 30 kematian
  4. Pertengahan-akhir 2025: Angin Topan Melissa di Jamaika, Kuba, dan Bahama, dengan kerugian US$8 miliar (Rp134,2 triliun) dan angka kematian yang belum selesai di tabulasi
  5. Juni-September: Banjir di India dan Pakistan pada Juni-September, dengan kerugian US$5,6 miliar (Rp93,9 triliun) dan lebih dari 1.860 kematian
  6. Tengah tahun-November: Topan di Filipina dengan kerugian US$5 miliar (Rp83,8 triliun) dan ratusan kematian
  7. Januari-Juni: Kekeringan di Brazil dengan kerugian US$4,75 miliar (Rp79,6 triliun)
  8. Februari: Siklon Tropis Alfred di Australia dengan kerugian US$1,2 miliar (Rp20,1 triliun) dan 1 kematian
  9. Februari: Siklon Garance di Réunion, Afrika Timur, dengan kerugian US$1,5 miliar (Rp25,1 triliun) dan 5 kematian
  10. Juli: Banjir Texas, Amerika Serikat dengan kerugian US$1 miliar (Rp16,7 triliun) dan lebih dari 135 kematian

Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Hasil Super League: Drama Warnai Kekalahan 9 Pemain Persija di Markas Semen Padang
• 1 jam lalumedcom.id
thumb
Kemendikdasmen: Nilai Rata-rata TKA Bahasa Inggris Siswa SMA Paling Rendah
• 9 jam lalukumparan.com
thumb
EVMoto Luncurkan Ojek Online Berbasis Motor Listrik, Armada 50.000 Unit
• 11 menit lalubisnis.com
thumb
Menhub Ajak Masyarakat Manfaatkan Kuota Mudik Nataru Gratis
• 14 jam lalusuarasurabaya.net
thumb
Industri Otomotif Sebut Insentif Pajak Bisa Dorong Penjualan Mobil pada 2026
• 11 jam lalukumparan.com
Berhasil disimpan.