Danantara Investment Management (DIM) akan menjajaki peluang investasi pada sejumlah proyek listrik berbasis energi baru terbarukan, guna mendorong pertumbuhan ekonomi dan dampak sosial berkelanjutan. Hal ini dikuatkan dengan penandatanganan head of agreement DIM dengan PT PLN (Persero).
Sektor energi terbarukan termasuk sektor prioritas investasi Danantara. Sektor ini dinilai memiliki multiplier effect yang signifikan, melindungi lingkungan, dan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.
Di samping itu, sektor energi terbarukan dipandang berperan besar terhadap penguatan ketahanan energi nasional serta penciptaan lapangan kerja hijau atau green jobs.
“Danantara Indonesia berkomitmen mendukung pembangunan energi masa depan Indonesia melalui investasi yang tidak hanya berfokus pada imbal hasil finansial, tetapi juga pada keberlanjutan bagi generasi mendatang,” kata Chief Investment Officer Danantara Indonesia, Pandu Sjahrir, dalam keterangan resmi, Senin (22/12).
Peluang investasi tersebut, khususnya menargetkan proyek kelolaan dua anak usaha PT PLN, yaitu PLN Nusantara Renewables dan PLN Indonesia Power Renewables.
Kesepakatan ini juga sejalan dengan kebutuhan Indonesia untuk memperkuat bauran energi bersih dan menurunkan emisi, sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034 yang disusun oleh PLN.
“Transisi energi tidak dapat dilakukan secara sendiri-sendiri. Diperlukan kolaborasi yang kuat serta dukungan pembiayaan yang solid dan berkelanjutan,” tutur Direktur Utama PT PLN, Darmawan Prasodjo.
RUPTL menetapkan rencana penambahan kapasitas pembangkit listrik baru sebesar 70 GW, dengan sekitar 76% di antaranya berasal dari energi terbarukan. Melalui kerja sama ini, Danantara Indonesia dan PLN akan menggabungkan kapabilitas investasi dan keahlian operasional di sektor ketenagalistrikan, sehingga pencapaian target energi terbarukan nasional dapat didorong secara lebih optimal.
Dalam proyeksi penambahan kapasitas pembangkit listrik sebesar 20 GW, PLN mengestimasikan total investasi mencapai Rp 600 triliun atau setara dengan US$ 36 miliar.



