Selama beberapa tahun terakhir, panggung musik nasional diisi oleh talenta luar biasa dari Indonesia Timur. Namun, seringkali publik memiliki persepsi yang sempit mengenai gaya musik dari sana.
Identitas musik Timur kerap kali hanya diasosiasikan dengan genre hip-hop, R&B, atau musik disko tanah yang energik. Sebut saja Tabola-Bale, Stecu-Stecu, hingga Orang Baru Lebe Gacor.
Kehadiran Treeshome, band asal Ternate di panggung musik nasional, mencoba mendobrak stereotip tersebut.
Mengusung genre folk-etnik, Herman Eross dan kawan-kawan datang dengan warna yang berbeda. Musik dan penampilannya lebih gelap, magis, tetapi tetap berakar kuat pada tradisi.
Melalui penampilan mereka di Soundrenaline Jakarta, mereka ingin menunjukkan talenta musik dari Timur memiliki spektrum yang sangat luas.
"Di Timur mungkin identik dengan hip-hop atau 'disco tanah' yang biasa dikenal itu. Tapi kalau kami sendiri tetap berjalan di genre masing-masing," kata Herman Eross menjelaskan posisi musik Treeshome.
Meski berbeda, Eross dan kawan-kawan tidak merasa tersaingi, justru bangga karena rekannya sesama musisi Timur bisa berjaya.
"Soal rezeki, diatur sama Tuhan, yang penting kita berkarya dengan apa yang kita rasa relate sama kita," ujar Eross.
Sang penggebuk drum, Dhana Mahdi, menyebut di Ternate sendiri, ekosistem musiknya sangatlah beragam.
"Biar teman-teman tahu di Ternate bukan cuma satu genre. Selain kita, ada teman teman Retronic, ada Kakisugi yang main di Krapela, ada teman-teman rock juga. Jadi Ternate sangat berwarna sebenarnya," jelas Dhana.
Bagi Treeshome, panggung seperti Soundrenaline mereka anggap sebagai sebuah spotlight atau lampu sorot yang sangat mereka butuhkan untuk menegaskan identitas tersebut.
"Buat kami ini sebuah spotlight yang sangat kami butuhkan. Di Timur kita mungkin jarang terdengar karena jarak yang memisahkan," ungkap Eross.
Fenomena kebangkitan musik Timur ini diharapkan bukan hanya sekadar tren sesaat. Treeshome berharap keberagaman genre Indonesia Timur jadi bagian kekayaan musik yang harus terus dirawat dan diberi ruang.
"Kita yakin masing-masing teman-teman punya suara, tinggal bagaimana cara kita menceritakan dan tetap bangga dengan identitas kita," tutup Eross.



:strip_icc()/kly-media-production/medias/5451690/original/037321300_1766332972-1000329790.jpg)