FAJAR, Surabaya — Persebaya Surabaya bergerak senyap namun terukur dalam menyiapkan fondasi tim menghadapi Super League 2025/2026. Di tengah derasnya rumor dan ekspektasi besar dari Bonek, manajemen Green Force memilih jalur yang relatif tenang: menyusun proyek jangka panjang dengan perhitungan matang, alih-alih terpancing euforia nama besar.
Kabar terbaru menyebutkan manajemen Persebaya telah mencapai kesepakatan dengan Bernardo Tavares, pelatih yang sebelumnya menukangi PSM Makassar.
Langkah ini sekaligus menjelaskan mengapa isu kedatangan Shin Tae-yong ke Surabaya perlahan meredup. Nama mantan pelatih Tim Nasional Indonesia itu sempat menguat dan menjadi perbincangan hangat di kalangan suporter.
Reputasi Shin Tae-yong sebagai pelatih berdisiplin tinggi dengan pendekatan fisik dan organisasi permainan yang rapi dianggap cocok dengan karakter Persebaya. Namun seiring waktu, arah kebijakan manajemen klub terlihat kian jelas.
Kabar mengenai kecilnya peluang Shin Tae-yong bergabung pertama kali menguat melalui unggahan fanbase Persebaya, @onlinepersebaya. Akun ini dikenal kerap menyajikan informasi internal klub dan menjadi rujukan banyak Bonek. Dalam unggahannya, @onlinepersebaya membuka pernyataan dengan dua kata yang langsung menyita perhatian publik sepak bola Surabaya: “LOW CHANCES.”
Unggahan tersebut segera viral dan memicu diskusi panjang. Tidak sedikit suporter yang mencoba membaca ulang arah kebijakan manajemen, terutama di tengah kebutuhan Persebaya akan figur pelatih yang mampu membawa stabilitas sekaligus prestasi. Fanbase itu kemudian memaparkan tiga faktor krusial yang disebut menjadi penyebab utama gagalnya Shin Tae-yong merapat ke Green Force.
Faktor pertama berkaitan dengan situasi pribadi sang pelatih asal Korea Selatan. Shin Tae-yong disebut telah mengonfirmasi bahwa dirinya menerima tawaran dari satu klub dan satu tim nasional, meski belum mengambil keputusan akhir. Kondisi ini menandakan fokus Shin Tae-yong belum sepenuhnya tertuju ke Persebaya. Dengan adanya opsi lain, termasuk dari level tim nasional, Persebaya tidak berada pada posisi sebagai satu-satunya prioritas.
Faktor kedua justru datang dari internal manajemen Persebaya Surabaya. Klub kebanggaan Arek-arek Suroboyo itu disebut telah mencapai kesepakatan terkait proyek jangka panjang dengan pelatih baru.
Pernyataan ini menjadi sinyal kuat bahwa manajemen tidak ingin bersikap reaktif terhadap dinamika rumor. Konsistensi rencana jangka panjang dinilai lebih penting ketimbang mengejar sensasi nama besar. Bagi manajemen, keberlanjutan proyek menjadi kunci agar Persebaya tidak kembali terjebak dalam siklus bongkar-pasang pelatih.
Faktor ketiga menyentuh aspek finansial. Shin Tae-yong dikenal sebagai pelatih dengan standar profesional tinggi, termasuk dalam hal kompensasi. Permintaan gaji yang dinilai cukup tinggi disebut berpotensi mengganggu keseimbangan keuangan klub.
Persebaya, dengan basis suporter besar dan tekanan ekspektasi yang tinggi, tetap dituntut menjaga stabilitas finansial agar operasional klub berjalan sehat.
Dengan mempertimbangkan ketiga faktor tersebut, @onlinepersebaya menutup pernyataannya dengan kesimpulan tegas: peluang transfer Shin Tae-yong ke Persebaya sangat kecil. Kesimpulan ini sekaligus meredam spekulasi yang selama beberapa waktu berkembang di media sosial.
Sebelumnya, Shin Tae-yong memang santer dikaitkan dengan sejumlah klub setelah tak lagi menangani Timnas Indonesia. Namanya kembali ramai diperbincangkan setelah PSSI memutus kontrak Patrick Kluivert.
Namun harapan publik akan kembalinya Shin Tae-yong ke kursi pelatih tim nasional kembali kandas, menyusul sinyal kuat bahwa federasi mengarah pada pelatih asal Inggris, John Herdman.
Di tengah ketidakpastian itu, Persebaya sempat dianggap sebagai opsi realistis.
Kolom komentar akun @onlinepersebaya pun dipenuhi aspirasi Bonek yang menginginkan Shin Tae-yong, dengan alasan kesesuaian karakter permainan hingga keberadaan staf pelatih fisik yang pernah bekerja bersamanya. Antusiasme tersebut menunjukkan betapa besarnya harapan suporter terhadap figur pelatih yang dianggap mampu mengangkat kembali pamor Green Force.
Namun di balik meredupnya isu Shin Tae-yong, manajemen Persebaya sejatinya terus bekerja. Radar klub disebut mengarah pada pelatih yang memiliki rekam jejak kuat di sepak bola Asia dan terbukti piawai membangun tim dalam keterbatasan.
Di sinilah nama Bernardo Tavares mencuat. Pelatih asal Portugal itu dikenal luas saat membawa PSM Makassar tampil kompetitif dengan filosofi permainan yang jelas, disiplin taktik, serta keberanian mengandalkan pemain muda.
Jika benar diperkenalkan dalam waktu dekat, Bernardo Tavares akan datang dengan ekspektasi besar. Bukan hanya soal hasil di papan klasemen, tetapi juga tentang kemampuannya membangun struktur tim yang solid dan berkelanjutan.
Bagi Persebaya, keputusan ini mencerminkan pilihan rasional: mendahulukan kecocokan visi dan stabilitas jangka panjang ketimbang sekadar popularitas.
Apa pun keputusan akhirnya, satu hal tampak pasti. Persebaya Surabaya tidak tinggal diam. Dengan pendekatan terencana, realistis, dan berorientasi masa depan, manajemen Green Force berupaya memastikan bahwa pelatih yang datang bukan sekadar nama besar, melainkan figur yang mampu membawa klub kembali bersaing di papan atas Super League.




