FAJAR, SURABAYA — Manajemen Persebaya Surabaya tampaknya tidak ingin berlama-lama terjebak dalam pusaran inkonsistensi. Setelah performa tim kembali berfluktuasi dan kepercayaan publik mulai tergerus, langkah cepat diambil untuk mencari figur pelatih baru yang dinilai mampu mengembalikan arah Green Force. Di antara sejumlah nama yang beredar, Bernardo Tavares muncul sebagai kandidat paling kuat dan rasional.
Nama pelatih asal Portugal itu bukan sosok asing bagi sepak bola Indonesia. Reputasinya dibangun bukan melalui janji atau retorika, melainkan lewat kerja nyata dan hasil konkret. Tavares dikenal sebagai pelatih dengan pendekatan disiplin, sistematis, serta keteguhan prinsip dalam membangun tim. Karakter inilah yang saat ini dirindukan Persebaya Surabaya, sebuah klub besar dengan sejarah panjang, basis suporter fanatik, dan ekspektasi yang tak pernah rendah.
Situasi Persebaya dalam beberapa pekan terakhir mencerminkan problem klasik klub besar: kualitas individu ada, dukungan suporter melimpah, tetapi arah permainan tidak selalu jelas. Pergantian pelatih menjadi pilihan yang tak terhindarkan ketika stabilitas tak kunjung tercapai. Dalam konteks ini, manajemen membutuhkan figur yang bukan sekadar “pemadam kebakaran”, melainkan arsitek yang mampu membangun fondasi jangka menengah hingga panjang.
Bernardo Tavares dinilai memenuhi kebutuhan tersebut. Pengalamannya bersama PSM Makassar menjadi referensi utama. Dengan sumber daya yang terbatas dan tanpa dominasi pemain bintang, ia mampu membentuk tim yang solid, disiplin, dan konsisten hingga akhirnya meraih gelar Super League. Keberhasilan itu tidak lahir secara instan, melainkan melalui proses panjang yang menekankan organisasi permainan, mental bertanding, serta kepatuhan pemain terhadap sistem.
Pendekatan Tavares kerap dimulai dari aspek paling mendasar: pertahanan yang rapi dan struktur tim yang jelas. Ia meyakini bahwa stabilitas di lini belakang adalah prasyarat untuk membangun kepercayaan diri tim secara keseluruhan. Dari sana, intensitas latihan ditingkatkan, transisi permainan diperbaiki, dan peran tiap pemain dipertegas. Filosofi ini dianggap sejalan dengan kebutuhan Persebaya yang kerap tampil dominan, tetapi rentan kehilangan kontrol dalam momen-momen krusial.
Rekam jejak statistik Tavares di Super League memperkuat persepsi publik terhadap kualitasnya. Dalam 103 pertandingan, ia mencatatkan 45 kemenangan, 37 hasil imbang, dan hanya 21 kekalahan. Rata-rata 1,67 poin per laga menjadi indikator konsistensi—sesuatu yang selama ini masih menjadi pekerjaan rumah bagi Persebaya Surabaya. Catatan 152 gol dan 97 kebobolan menunjukkan keseimbangan antara produktivitas dan soliditas, dua aspek yang sering kali sulit disatukan.
Namun, daya tarik Tavares tidak hanya terletak pada angka. Gaya kepemimpinannya yang tenang namun tegas dinilai cocok dengan karakter pemain Indonesia yang membutuhkan arahan jelas dan struktur permainan yang terorganisasi. Ia bukan pelatih yang gemar tampil flamboyan di pinggir lapangan, tetapi lebih fokus pada detail, persiapan, dan eksekusi rencana.
Jika resmi menangani Persebaya, tantangan yang dihadapi Tavares tentu tidak ringan. Ia harus bekerja di bawah sorotan besar, mengelola ekspektasi tinggi Bonek, serta menuntut adaptasi cepat dari pemain. Gelora Bung Tomo bukan sekadar stadion, melainkan ruang tekanan sekaligus sumber energi. Banyak pelatih datang dengan reputasi, tetapi tak semuanya mampu bertahan menghadapi tuntutan emosi tribun.
Di sisi lain, dukungan Bonek justru bisa menjadi modal besar. Mayoritas suporter menyambut rumor kedatangan Tavares dengan optimisme. Pengalaman juara dan reputasinya sebagai pembentuk mental pemenang memberi harapan akan hadirnya stabilitas baru. Meski demikian, sebagian Bonek juga menyadari bahwa perubahan tidak bisa terjadi dalam semalam. Mereka menuntut kesabaran manajemen untuk memberi ruang kerja yang cukup bagi pelatih baru.
Kehadiran Tavares berpotensi menandai fase baru Persebaya Surabaya—fase yang lebih terukur, lebih disiplin, dan lebih berorientasi pada proses. Dalam sepak bola modern, identitas tim tidak dibangun dari satu atau dua kemenangan, melainkan dari konsistensi dalam cara bermain dan bersikap di bawah tekanan.
Dengan kombinasi rekam jejak, pengalaman lintas negara, serta restu sebagian besar suporter, Bernardo Tavares menjadi pilihan paling masuk akal bagi manajemen Persebaya Surabaya. Ia bukan sekadar solusi jangka pendek, melainkan figur yang memiliki kapasitas untuk membangun ulang arah Green Force. Jika negosiasi berjalan lancar dan dukungan internal terjaga, Persebaya mungkin tidak hanya mendapatkan pelatih baru, tetapi juga fondasi mental dan taktikal yang selama ini dicari.



:strip_icc()/kly-media-production/medias/5361596/original/000746300_1758788384-eliano.jpg)
