Dalam situasi 'in this economy', saat pertumbuhan gaji stagnan tapi pengeluaran terus mengalir tak terbendung, warga memilih untuk berhemat dan membatasi pengeluaran yang tidak dibutuhkan. Berlibur menjadi salah satu hal yang tidak dilakukan.
Meski demikian, bagi sebagian orang, liburan telah menjadi kebutuhan sekunder, sebagai sarana rekreasi untuk melepaskan penat atau sekadar mengisi waktu luang. Liburan tetap dilakukan, meski dengan anggaran yang terbatas dan hanya berlibur di dalam kota.
Fenomena penghematan liburan ini juga terlihat selama 2023-2024. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS), rata-rata pengeluaran wisatawan nusantara untuk berlibur menurun 4,2 persen, dari Rp 2,49 juta menjadi Rp 2,39 juta per perjalanan.
Mengacu pada hal tersebut, Tim Jurnalisme Data Harian Kompas menganalisis destinasi wisata mana saja yang biayanya terjangkau bagi warga, khususnya warga di sekitar destinasi. Destinasi tersebut juga menyediakan kelengkapan atraksi dan infrastruktur wisata, serta kemudahan akses transportasi.
Analisis tersebut menghasilkan indeks pemeringkatan destinasi wisata yang terbagi dalam enam jenis wisata, yakni wisata petualangan, bahari, budaya, kota, sungai dan danau, serta kebugaran (wellness). Penilaian peringkat wisata yang terjangkau tersebut merujuk pada Indeks Pembangunan Kepariwisataan Nasional (IPKN) 2024 yang kemudian disesuaikan dengan tujuan penyusunan indeks dan ketersediaan data.
Dari lima komponen penyusun IPN seperti lingkungan, kebijakan pembangunan pariwisata, infrastruktur, alasan wisatawan berwisata, dan keberlanjutan lingkungan, diambil tiga komponen penilaian, yakni pengelolaan destinasi dan pembangunan ekonomi wisata, serta harga yang terjangkau.
Penyusunan indeks wisata tersebut dibantu oleh Akademisi pariwisata Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat, Sari Lenggogeni, yang juga memberikan bobot penilaian dari masing-masing komponen.
Destinasi mana yang mampu menjawab pertanyaan masyarakat, seperti destinasi murah yang aman dan nyaman dikunjungi, dan tidak membuat mass tourism
Indeks pemeringkatan wisata murah ini melibatkan 132 kabupaten/kota di Indonesia yang mempunyai daerah tujuan wisata. Pemilihan daerahnya menggunakan ulasan dari media sosial Instagram dan TikTok serta laman atau aplikasi pemandu perjalanan Expedia.
Sebanyak 132 kabupaten/kota tersebut terbagi dalam enam jenis wisata, dengan perincian wisata petualangan ada 14 kabupaten/kota, wisata bahari (41), wisata budaya (27), wisata kota (10), wisata sungai dan danau (32), serta wisata kebugaran (8). Penilaian destinasi wisata itu dilakukan masing-masing sesuai kategorinya.
Pengelolaan destinasi wisata merujuk pada atraksi (daya tarik), aksesibilitas, fasilitas dan layanan pendukung yang tujuannya menciptakan pengalaman berwisata yang utuh dan berkelanjutan. Komponen ini disusun oleh 15 variabel yang menggambarkan kondisi umum suatu daerah wisata, banyaknya destinasi dan atraksi wisata, serta pengelolaan wisata seperti oleh komunitas dan biro perjalanan.
Selanjutnya infrastruktur wisata seperti penginapan, aksesibilitas transportasi, dan tingkat keamanan. Informasi digital mengenai obyek wisata itu juga menjadi bagian layanan pendukung yang diambil dari ulasan media sosial dan pemberitaan media.
Komponen ini mendapat bobot tertinggi yakni 40 persen. Menurut Sari, bobot komponen ini tertinggi karena masyarakat tidak sekadar untuk mencari daerah wisata yang harganya murah dari sisi nilai. Namun juga mencari kenyamanan, keamanan serta menyediakan banyak obyek dan atraksi wisata.
"Destinasi mana yang mampu menjawab pertanyaan masyarakat, seperti destinasi murah yang aman dan nyaman dikunjungi, dan tidak membuat mass tourism," jelas Sari yang juga Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Sumatera Barat.
Data yang digunakan dari BPS, Kementerian Pariwisata, seperti data desa wisata, google, serta laman pemandu perjalanan Expedia dan Traveloka. Penilaian masing-masing variabel menunjukkan, semakin banyak jumlahnya, nilainya semakin tinggi. Kecuali untuk tingkat keamanan, menggambarkan kondisi sebaliknya, semakin rendah jumlah kriminalitas yang terjadi, nilainya semakin tinggi.
Bobot komponen pertumbuhan ekonomi wisata yakni 30 persen. Komponen ini dibentuk oleh empat variabel untuk melihat tingkat kunjungan wisatawan ke suatu daerah wisata. Data yang digunakan yakni jumlah wisatawan domestik, rata-rata lama menginap tamu domestik, tingkat hunian kamar, dan pengeluaran wisatawan di daerah tujuan wisata.
Mayoritas data menggunakan data provinsi karena tidak tersedia data hingga kabupaten/kota. Meski demikian menurut Sari bisa menggambarkan kondisi wisata di daerah tersebut.
Penilaian empat variabel dari data Januari hingga September 2025 menunjukkan, semakin banyak jumlahnya, nilainya semakin tinggi.
Harga terjangkau merupakan komponen terakhir dengan nilai bobot yang sama dengan pertumbuhan ekonomi wisata, yakni 30 persen. Komponen ini menggambarkan harga akomodasi dan paket wisata, serta transportasi lokal yang bisa dijangkau masyarakat. Semakin harga akomodasi atau paket wisata rendah, semakin tinggi nilainya.
Ada enam variabel yang membentuk komponen harga terjangkau, yakni rata-rata harga penginapan, ulasan hotel melati di media sosial, jumlah usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), rata-rata tarif sepeda motor dan mobil, serta rata-rata harga paket wisata. Data-data tersebut menggunakan data BPS, laman perjalanan Traveloka, serta mesin pencari Google.
Harga penginapan diperoleh dari rata-rata harga penginapan bintang satu dan dua dari laman perjalanan Traveloka. Batasan harga hotel adalah 21 persen pengeluaran wisatawan untuk akomodasi dari data BPS tahun 2024 dan rata-rata peringkat penginapan bintang satu dan dua, ulasan netijen dari laman Traveloka. Nilai ulasan dihitung jika ada lebih 50 netijen yang memberikan penilaian.
Semakin rendah harga hotel, sewa sepeda motor/mobil, serta paket wisata, nilai indeks semakin tinggi. Sebaliknya untuk jumlah UMKM dan ulasan hotel melati, semakin tinggi angkanya, nilainya semakin tinggi.
Hasil pemeringkatan setiap jenis wisata, diambil peringkat tiga besar untuk mempermudah proses analisis. Selanjutnya juga dilakukan pembahasan mengenai peringkat daerah wisata berdasarkan tiga komponen pengelolaan destinasi wisata, pertumbuhan ekonomi wisata, serta harga murah.
Analisis Tim Jurnalisme Data Kompas menunjukkan, ada 12 kabupaten/kota wisata yang masuk dalam tiga besar pemeringkatan wisata favorit dan terjangkau bagi warga.
Kabupaten/kota yang masuk peringkat tiga besar wisata petualangan, yakni Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta (DIY), serta Kabupaten Banyuwangi dan Probolinggo, Jawa Timur (Jatim), dengan nilai indeks 3,59, 3,31, dan 2,84. Adapun wilayah dengan potensi wisata bahari, peringkat pertama Kabupaten Badung, Bali dengan nilai 3,6, Kabupaten Gunung Kidul, DIY (3,12), dan kabupaten Lebak, Banten (3,05).
Selanjutnya, Kota Surakarta dan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah menduduki peringkat pertama dan kedua wisata favorit dan terjangkau dari kategori wisata budaya dengan nilai 3,41 dan 3,26. Peringkat ketiga diduduki oleh Kota Yogyakarta, DIY dengan indeks 3,24.
Ranking satu wisata kota adalah Jakarta dengan nilai 3,23. Jakarta dalam hal ini mencakup wilayah administratif Jakarta Timur, Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Selatan, dan Jakarta Barat. Kemudian, peringkat kedua, Bandung, Jawa Barat (2,64) dan ketiga, Kota Batam, Kepulauan Riau (2,63).
Kabupaten Agam dengan potensi alam Danau Maninjau, menduduki rangking satu wisata sungai dan danau dengan nilai 3,05. Kemudian Kota Palembang, Sumatera Selatan dengan daya tarik Sungai Musi yang mendapat nilai 2,88. Rangking ketiga adalah Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan yang mengandalkan potensi sungai Barito dan Martapura. Banjarmasin ini mendapat nilai 2,85.
Terakhir adalah wisata kebugaran, yang mengutamakan kesehatan dan kebugaran tubuh. Posisi pertama adalah Kabupaten Gianyar, Bali dengan nilai 3,13. Posisi kedua, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah (3,11) dan Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah (3,03).
Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Wisata Provinsi Yogyakarta Antarikso Trisno menilai wisata di Yogya harus murah, namun bukan murahan. Terjangkaunya wisata disebabkan banyak destinasi baru yang diupayakan masyarakat setempat.
“Jadi kita lebih ke konsep community based tourism (CBT). Masyarakat sendiri yang menginisiasi pembangunan suatu destinasi. Itu pastinya relatif lebih murah karena biasanya tidak ada biaya masuk ke destinasi, paling hanya membayar parkir saja,” ujar Antarikso.
Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Jawa Tengah Muhamad Masrofi menyebutkan posisi pariwisata Jawa Tengah sangat kuat dalam peta pariwisata nasional, khususnya sebagai provinsi dengan destinasi wisata yang terjangkau dan berdaya saing di Jawa Tengah. Selain lokasinya yang strategis ada di tengah pulau Jawa, Jawa Tengah juga mempunyai 1.124 daya tarik wisata dan 896 desa wisata yang tersebar merata.
"Harga pariwisata di Jateng kompetitif dengan memberikan paket diskon yang disesuaikan dengan keterjangkauan harga kondisi ekonomi sekarang," ujarnya, Rabu, 3/12/2025.
Menurut Kepala Dinas Pariwisata Bali I Wayan Sumarajaya, Bali menganut pariwisata berbasis masyarakat. Oleh karena itu, pariwisata di Bali dapat dinikmati oleh segmen wisatawan yang beragam, mulai dari yang menengah ke bawah hingga atas.
Wisata di Bali juga dikelola oleh para pelaku wisata yang sudah berpengalaman sehingga Bali selalu menjadi destinasi favorit. “Pariwisata Bali sudah ada sejak lama. Para pelaku pariwisatanya adalah ahli-ahli yang sangat berpengalaman. Jadi standar yang ditetapkan di Bali selalu terbaik,” katanya.



