Penulis: Christhoper Natanael Raja
TVRINews, Jakarta
Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) dan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) mulai memetakan kawasan-kawasan potensial untuk pengembangan sport tourism di Indonesia.
Langkah ini diarahkan agar pengembangan olahraga berbasis destinasi tidak berjalan sporadis, melainkan berbasis data, keselamatan, dan dampak ekonomi nyata.
Erick mengatakan pemetaan menjadi tahap awal sebelum pemerintah menentukan wilayah prioritas yang akan dikembangkan. Fokusnya tidak hanya pada popularitas lokasi, tetapi juga kesiapan infrastruktur dan faktor keselamatan.
“Kita ingin memapping potensi daerah wisata yang berhubungan dengan sport tourism. Contohnya wilayah pendakian, mana pegunungan yang layak ditingkatkan infrastrukturnya dan aspek keselamatannya,” ujar Erick kepada wartawan termasuk tvrinews.com, Senin, 22 Desember 2025.
Selain wisata pegunungan, pemerintah juga menyoroti kawasan pesisir sebagai lokasi strategis sport tourism, khususnya untuk olahraga selancar. Erick menyebut sejumlah daerah seperti Banyuwangi dan Lampung sudah masuk dalam radar awal pemetaan.
“Surfing itu potensinya besar. Kita petakan dulu titik-titiknya supaya real, bukan sekadar wacana,” kata Erick.
Erick menegaskan pengembangan sport tourism kali ini akan menghindari pola kerja sektoral. Menurutnya, masing-masing kementerian memiliki data, program, dan pendanaan yang bisa disinergikan agar hasilnya lebih terasa.
“Ini bukan eranya program menara gading yang jalan sendiri-sendiri. Ibu Widi punya data, saya punya data, kita satukan. Kalau pendanaan bisa disinergikan, kita dapat titik sport tourism yang benar-benar hidup,” ucap Erick.
Ia juga membuka peluang kerja sama lanjutan dengan Kementerian Pekerjaan Umum serta pemerintah daerah, terutama untuk peningkatan akses dan fasilitas pendukung di lokasi-lokasi terpilih.
Erick menargetkan dalam satu periode pemerintahan bisa lahir beberapa titik sport tourism unggulan yang konsisten dikembangkan hingga 2029.
“Kalau kita fokus di beberapa titik saja dan konsisten, dampaknya akan besar. Tinggal kita ukur impact-nya ke ekonomi daerah,” tutur Erick.
Sementara itu, Widiyanti menekankan peran Kemenpar dalam memperkuat sisi promosi dan pergerakan wisatawan. Menurutnya, sport tourism harus diikuti dengan strategi pemasaran yang memudahkan masyarakat datang ke lokasi event.
“Kami bisa mengamplifikasi promosi dan membuat paket-paket dengan travel agent, misalnya paket murah ke acara, hotel terjangkau, atau tiket yang dikombinasikan,” ujar Widiyanti.
Ia menilai integrasi antara event olahraga dan paket wisata akan membuat sport tourism lebih inklusif dan berdampak luas, tidak hanya bagi atlet dan penyelenggara, tetapi juga bagi pelaku usaha lokal.
Sinergi pemetaan kawasan, pendanaan, dan promosi ini diharapkan menjadikan sport tourism sebagai sektor yang tidak hanya menjual event, tetapi juga memperkuat ekonomi daerah secara berkelanjutan.
Editor: Redaktur TVRINews




