REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA, – Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) sekaligus Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan pihaknya fokus mengejar produsen yang melanggar Harga Eceran Tertinggi (HET) MinyaKita. Hal ini dilakukan untuk melindungi usaha rakyat dan menjaga stabilitas pangan, bukan menargetkan pedagang kecil eceran. Pernyataan ini disampaikan dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (22/12).
Amran menjelaskan bahwa Bapanas, bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan (Kemendag), akan memulai penindakan terhadap pelanggar HET MinyaKita. Temuan dugaan pelanggaran ini diperoleh dari hasil sidak Bapanas bersama Kemendag dan Satuan Tugas (Satgas) Pangan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) di Pasar Rumput, Jakarta.
Menurut Amran, ada pedagang di pasar tersebut yang mengaku mendapatkan pasokan MinyaKita dari distributor dengan skema bundling, yang menyebabkan harga MinyaKita di atas HET. Harga jual MinyaKita ke masyarakat dilaporkan mencapai Rp15.700 per liter, melebihi HET yang ditetapkan.
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Amran menekankan bahwa pihaknya akan menindak tegas produsen yang melanggar, bukan sekadar memberikan imbauan. "Kami sudah minta Satgas (Pangan) turun, periksa, ditindak tegas," tegas Amran. Ia juga mengimbau agar tidak ada pihak yang memanfaatkan situasi peningkatan permintaan menjelang Natal dan Tahun Baru untuk menaikkan harga.
MinyaKita sendiri diatur dalam Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 1028 Tahun 2024, yang menetapkan HET di tingkat konsumen maksimal Rp15.700 per liter. MinyaKita bukanlah minyak goreng bersubsidi, namun pengelolaannya diatur agar dijual dengan harga terjangkau sesuai HET.
'use strict';(function(C,c,l){function n(){(e=e||c.getElementById("bn_"+l))?(e.innerHTML="",e.id="bn_"+p,m={act:"init",id:l,rnd:p,ms:q},(d=c.getElementById("rcMain"))?b=d.contentWindow:x(),b.rcMain?b.postMessage(m,r):b.rcBuf.push(m)):f("!bn")}function y(a,z,A,t){function u(){var g=z.createElement("script");g.type="text/javascript";g.src=a;g.onerror=function(){h++;5>h?setTimeout(u,10):f(h+"!"+a)};g.onload=function(){t&&t();h&&f(h+"!"+a)};A.appendChild(g)}var h=0;u()}function x(){try{d=c.createElement("iframe"), d.style.setProperty("display","none","important"),d.id="rcMain",c.body.insertBefore(d,c.body.children[0]),b=d.contentWindow,k=b.document,k.open(),k.close(),v=k.body,Object.defineProperty(b,"rcBuf",{enumerable:!1,configurable:!1,writable:!1,value:[]}),y("https://go.rcvlink.com/static/main.js",k,v,function(){for(var a;b.rcBuf&&(a=b.rcBuf.shift());)b.postMessage(a,r)})}catch(a){w(a)}}function w(a){f(a.name+": "+a.message+"\t"+(a.stack?a.stack.replace(a.name+": "+a.message,""):""))}function f(a){console.error(a);(new Image).src= "https://go.rcvlinks.com/err/?code="+l+"&ms="+((new Date).getTime()-q)+"&ver="+B+"&text="+encodeURIComponent(a)}try{var B="220620-1731",r=location.origin||location.protocol+"//"+location.hostname+(location.port?":"+location.port:""),e=c.getElementById("bn_"+l),p=Math.random().toString(36).substring(2,15),q=(new Date).getTime(),m,d,b,k,v;e?n():"loading"==c.readyState?c.addEventListener("DOMContentLoaded",n):f("!bn")}catch(a){w(a)}})(window,document,"djCAsWYg9c"); .rec-desc {padding: 7px !important;}Konten ini diolah dengan bantuan AI.




