Tamparan Sayang Shin Tae-yong Jadi Hinaan Pemain Senior Ulsan HD: Sisi Kelam Hierarki Olahraga Korea Selatan 

tvonenews.com
17 jam lalu
Cover Berita

Jakarta, tvOnenews.com - Kontroversi tamparan Shin Tae-yong pada pemain Ulsan HD terbelah menjadi dua pendapat yang bersebrangan. Tamparan sayang sebagai sambutan sang pelatih ini justru menjadi hinaan bagi pemain senior Ulsan HD, Jung Seung-hyun. 

Shin Tae-yong dan Jung Seung-hyun memang sudah tak asing bagi satu sama lain. Shin Tae-yong pernah melatih Jung Seung-hyun saat keduanya sama-sama membela Korea Selatan U-23 dan Korea Selatan di Piala Dunia 2018. 

Sayangnya, pertemuan kembali atlet dan pelatih di Ulsan HD justru berakhir dengan perpisahan yang tak baik-baik saja. Kini Jung Seung-hyun tak menerima tindakan yang dianggapnya memalukan baginya sebagai bek senior. 

Bahkan video penamparan Shin Tae-yong di hari pertama akhirnya diunggah untuk memastikan sikap sang pelatih murni sebagai sambutannya pada pemain. Dilansir dari laman E Daily, kontroversi penamparan tersebut terbelah menjadi dua pendapat yang bersebrangan. 

Bagi sang pelatih, tamparan ini menjadi bentuk kasih sayang di mana Shin Tae-yong kembali bertemu dengan mantan anak asuhnya ini. Namun bagi Jung Seung-hyun, tindakan Shin Tae-yong melewati batas yang membuatnya malu di hadapan para juniornya. Dia bahkan menganggap ini sebagai sebuah penghinaaan. 

Shin Tae-yong sendiri telah mengklarifikasi dan meminta maaf jika apa yang dilakukannya dianggap menghina sang pemain.  Dalam laporan tersebut, hierarki olahraga di Korea Selatan memang berbeda dibandingkan dengan negara lain. Hubungan pelatih dan atlet disamakan dengan hubungan guru dan murid sebagai sikap hormat dan dedikasi. 

"Namun, pada kenyataannya, ungkapan ini sering berfungsi sebagai mekanisme untuk membenarkan hierarki vertikal. Tersembunyi di balik logika ini adalah keyakinan bahwa karena mereka adalah pelatih dan telah mendidik saya, saya harus mentolerir bahkan pelanggaran sekecil apa pun," tulis laporan tersebut. 

"Jika kerangka kerja ini diterapkan pada atlet profesional dewasa, pelatih dapat dengan mudah menjadi pemegang kekuasaan absolut. Atlet profesional adalah 'profesional' yang menandatangani kontrak, menerima gaji, dan bermain untuk tujuan tim," lanjut laporan tersebut. 


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Lalu Lintas Tol MBZ Meningkat, 34.251 Kendaraan Tinggalkan Jakarta Jelang Nataru
• 13 jam lalubisnis.com
thumb
Melihat Kios Bekerja di Lereng Argopuro, Perjalanan Sebutir Pupuk Menuju Kedaulatan Pangan
• 22 jam laluberitajatim.com
thumb
Arumi Bachsin Tegaskan Beban Mental Ibu Nyata, Me Time Bukan Egois
• 1 jam laluviva.co.id
thumb
Wapres Gibran Pantau Harga Pangan di Manado
• 11 jam lalutvrinews.com
thumb
BPH Migas pastikan pasokan energi di Palu aman saat perayaan Nataru
• 20 jam laluantaranews.com
Berhasil disimpan.