Jakarta, VIVA – Pasar investasi global dinilai masih memiliki peluang besar untuk melanjutkan tren positif pada tahun depan. Masa depan cerah ini setelah mencatatkan berbagai kinerja impresif sepanjang tahun 2025.
Senior Market Analyst Nanovest, Bryan Oskar, menuturkan bahwa tahun 2025 bukan merupakan tahun suka cita bagi berbagai instrumen investasi. Aset tradisional hingga aset digital kmpak mencetak rekor harga tertinggi.
"Aset tradisional (emas, saham) dan aset digital, Bitcoin, AI-related equities (saham yang berkaitan dengan AI), berlari beriringan menuju puncak baru,” ujar Bryan dikutip dari Antara pada Senin, 22 Desember 2025.
Aset kripto mencatat lonjakan signifikan yang mana Bitcoin (BTC) sempat menyentuh all high time (ATH) di atas US$126 ribu atau sekitar Rp2,11 miliar pada triwulan III-2025. Meskipun saat ini telah terkoreksi ke bawah level US$100 ribu.
- Dok. Istimewa
Emas juga menegaskan posisinya sebagai aset lindung nilai (safe haven). Harga logam mulia tersebut mencapai US$4.381 per troy ons pada bulan Oktober 2025. Lonjakan harga emas seiring meningkatnya ketidakpastian global.
Ia menilai kondisi tersebut membuktikan bahwa diversifikasi instrumen investasi modern semakin efektif. Kini, investor mampu mengombinasikan aset tradisional dan aset digital untuk memperoleh cuan lebih optimal.
Optimisme tersebut tercermin dari reli kuat pasar saham Amerika Serikat sepanjang 2025. Indeks S&P 500, Nasdaq Composite, dan Dow Jones Industrial Average berulang kali mencetak rekor tertinggi didorong euforia AI dan kinerja emiten teknologi seperti Nvidia (NVDA) serta Palantir (PLTR).
Kinerja positif juga terlihat di pasar domestik. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menembus level tertinggi sepanjang masa di 8.616 poin, melonjak sekitar 45 persen dari titik terendah 5.987 pada April 2025.
Namun, Bryan mengatakan peluang berlanjutnya tren bullish di pasar investasi global dapat terealisasi apabila bank sentral dunia konsisten melonggarkan kebijakan moneter. Faktor lainnya adalah keberlanjutan inovasi kecerdasan buatan.
Meski optimistis, Bryan mengingatkan investor untuk tetap waspada terhadap risiko valuasi tinggi, khususnya pada saham-saham berbasis AI di Amerika Serikat. Rasio Price-to-Earnings (P/E) sektor ini dinilai telah melampaui puncak gelembung dot-com pada tahun 2000, yakni spekulasi pasar saham perusahaan internet yang terjadi pada akhir 1990-an hingga 2000.





