JAKARTA, KOMPAS.TV - Penanganan bencana di Sumatra dinilai menghadapi tantangan serius.
Pakar kebencanaan sekaligus Guru Besar Teknik Geologi dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Dwikorita Karnawati menyoroti adanya kesenjangan besar antara kompleksitas bencana yang terjadi dengan kapasitas sistem penanggulangan bencana yang dimiliki saat ini.
Menurut Dwikorita, rangkaian bencana yang melanda Sumatera bukan peristiwa tunggal, melainkan hasil interaksi berbagai faktor yang saling memperkuat.
Aktivitas geologi yang tinggi, dampak perubahan iklim global, serta kerusakan lingkungan yang masif membuat risiko bencana meningkat tajam dan berlangsung secara beruntun.
“Bencana ini bersifat luar biasa, kompleks, dan dinamis. Tidak bisa ditangani dengan pendekatan rutin seperti bencana tunggal,” ujarnya dalam siaran pers kepada KompasTV, Senin (22/12).
Baca Juga: Banjir di Aceh Utara Ratakan Rumah, Kades Keude Bungkah: 6 Bulan ke Depan Masih di Pengungsian
1. Karakter Alam Sumatra Memperbesar Risiko Multi-Bencana
Dwikorita menjelaskan, secara geologis Sumatera memiliki pegunungan tinggi yang curam dan rapuh, berdampingan langsung dengan dataran rendah berupa kipas aluvial yang terbuka luas.
Kombinasi ini menciptakan wilayah dengan kerentanan tinggi sekaligus medan yang sulit dijangkau.
Kondisi tersebut semakin berbahaya ketika bertemu dengan anomali cuaca ekstrem akibat perubahan iklim serta degradasi lingkungan.
Dampaknya, bencana sering terjadi berantai. Dimulai dari longsor dan erosi, lalu berkembang menjadi banjir bandang dan banjir besar.
“Dampaknya sangat luas, melintasi tiga provinsi dan puluhan DAS, dengan korban jiwa mencapai ribuan orang serta ratusan infrastruktur dan ribuan rumah rusak atau hilang,” jelasnya.
2. Kapasitas Penanganan Dinilai Tak Seimbang
Meski pemerintah pusat dan daerah, TNI-Polri, relawan, serta berbagai pihak telah bekerja keras di lapangan, Dwikorita menilai skala penanganan masih belum sebanding dengan besarnya bencana.
Ia menekankan adanya ketimpangan antara magnitude bencana—yang besar, luas, dan berulang—dengan kapasitas penanggulangan yang masih bersifat konvensional.
Karena itu, kapasitas tersebut harus diperkuat secara signifikan.
Penguatan yang dimaksud mencakup penambahan armada secara masif, pemanfaatan teknologi yang lebih andal, serta dukungan sumber daya manusia yang tangguh dan berpengalaman.
Penulis : Ade Indra Kusuma Editor : Deni-Muliya
Sumber : Kompas TV
- bencana Sumatra
- Dwikorita Karnawati
- mitigasi bencana
- banjir bandang
- longsor
- perubahan iklim

/https%3A%2F%2Fcdn-dam.kompas.id%2Fimages%2F2025%2F12%2F23%2F68f80d433bd0ee5cb9731e7c1f88c286-IMG_20251222_094543.jpg)



/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F10%2F05%2F9ddca7ac-0556-4958-aa47-d2e9fd6ad951_jpg.jpg)