Jakarta: Menuju akhir tahun 2025, tepatnya pada medio November, bencana hidrometeorologi terjadi di Sumatra Utara dan Sumatra Barat. Rentetan bencana berupa banjir bandang dan longsor sejak akhir November hingga Desember 2025 menelan ratusan korban jiwa, merusak puluhan ribu rumah, serta memaksa ribuan warga mengungsi.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per 22 Desember 2025 pukul 09.30 WIB, total korban meninggal dunia di Sumatra Barat dan Sumatra Utara mencapai 618 jiwa. Selain itu, 154 orang dinyatakan hilang, sekitar 2.700 orang luka-luka, dan 34 kabupaten/kota terdampak.
BNPB juga mencatat sebanyak 41.176 rumah rusak. Kemudian sebanyak 566 fasilitas umum, 224 rumah ibadah, 66 fasilitas kesehatan, 276 fasilitas pendidikan, 29 gedung perkantoran, serta 109 jembatan mengalami kerusakan. Sementara itu, bantuan terus mengalir untuk warga terdampak bencana. Perbaikan Infrastruktur Dikebut Merangkum pemberitaan Metrotvnews.com, dalam pemulihan awal, TNI berperan dengan membangun jembatan darurat (bailey) di sejumlah lokasi yang aksesnya terputus karena diterjang banjir bandang. Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto menyebutkan, tiga jembatan bailey dipasang di Sumatra Utara dan 11 unit di Sumatra Barat, dengan empat unit telah terpasang dan berfungsi.
Ilustrasi, perbaikan aliran sungai dan jalan yang rusak akibat dihantam banjir bandang. Foto: ANTARA/Muhammad Zulfikar.
Di Sumatra Utara, jembatan bailey penghubung Tapanuli Tengah–Tapanuli Selatan melalui Desa Garoga, Kecamatan Batang Toru, telah digunakan warga sejak pertengahan Desember. Secara nasional, dari 80 ruas jalan nasional terdampak, sekitar 81 persen telah diperbaiki. Di Sumatra Utara, 10 dari 12 ruas jalan (83 persen) telah fungsional, sementara di Sumatra Barat 29 dari 30 ruas jalan (96 persen) sudah dapat dilalui. Presiden Meninjau Lokasi Presiden Prabowo Subianto turun langsung meninjau lokasi bencana di Kabupaten Agam, Sumatra Barat, termasuk Desa Salareh Aia dan Salareh Aia Timur, dua wilayah terparah akibat banjir bandang 25 November 2025 yang menewaskan lebih dari 100 warga.
Presiden Prabowo Subianto. Foto: Dok. BPMI Sekretariat Presiden.
Presiden menegaskan pembangunan hunian sementara (huntara) ditargetkan rampung dalam satu bulan, agar warga tidak berlama-lama tinggal di tenda pengungsian. Setelah itu, pemerintah akan melanjutkan pembangunan hunian tetap (huntap) seluas sekitar 70 meter persegi, dengan standar tahan gempa dan api.
Dalam kunjungan di posko pengungsi, Presiden juga menyempatkan diri singgah ke dapur umum dan mencicipi nasi goreng, masakan prajurit TNI bersama warga. Pencarian Korban Hilang Hingga kini, proses pencarian korban hilang masih berlangsung, termasuk di lintas Sibolga–Padangsidimpuan, Sumatra Utara, dengan melibatkan unit K-9 dari kepolisian. Pemerintah pusat menegaskan seluruh perangkat negara telah bekerja sejak hari pertama bencana.
"Mengenai anggapan bahwa pemerintah itu lambat, saya mau cerita begini. Di lapangan ini, seluruh petugas TNI, Polri, Basarnas, hingga BPBD daerah, semuanya di detik pertama, hari pertama, langsung bekerja tanpa kamera," ujar Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya.
Sementara Mendagri Tito Karnavian menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat jika upaya pemerintah belum maksimal, seraya menegaskan negara tidak anti kritik.
"Dengan segala kerendah hati kami minta maaf, bila ada kekurangan. Memang kendala yang dihadapi cukup besar, karena medan yang sulit," ungkap Tito.




