Komunikasi Pemerintah Berbasis Data dan Empati Dinilai Efektif Redam Simpang Siur Informasi Bencana

tvonenews.com
11 jam lalu
Cover Berita

tvOnenews.com - Ditengah situasi kebencanaan yang kerap diwarnai informasi simpang siur dan emosi publik yang tinggi, kehadiran komunikasi pemerintah dinilai menjadi faktor penting untuk menjaga kejernihan ruang publik. Pemerintah melalui Kantor Staf Presiden (KSP) dinilai telah berupaya mengisi ruang komunikasi tersebut dengan menyampaikan data, fakta dan perkembangan penanganan bencana secara terbuka melalui berbagai forum dialog publik, khususnya di media televisi.

Pakar Kebijakan Publik Universitas Trisakti, Trubus Rahadianto, menilai bahwa secara institusional KSP telah menjalankan perannya sesuai dengan tugas dan fungsi yang melekat. 

Menurutnya, KSP berperan sebagai pelaksana komunikasi kebijakan pemerintah yang menyampaikan informasi berbasis data lapangan yang dikompilasi dari berbagai instansi terkait, mulai dari BNPB, kementerian teknis, TNI-Polri, hingga pemerintah daerah terdampak.

“Kalau KSP sebagai institusi, saya menilai sudah sesuai dengan tupoksinya. Data yang disampaikan itu berasal dari berbagai sumber resmi pemerintah dan menggambarkan kondisi empiris di lapangan,” ujar Trubus pada Senin (22/12).

Ia menambahkan, kehadiran KSP dalam dialog publik menjadi penting untuk memberikan penjelasan yang lebih sistematis mengenai apa yang sudah dan sedang dilakukan pemerintah, sekaligus meredam kesimpangsiuran informasi yang berkembang di masyarakat. Meski demikian, Trubus menilai komunikasi kebencanaan akan lebih optimal jika diperluas melalui kolaborasi lintas pihak, termasuk akademisi, komunitas, dan media, agar publik memperoleh gambaran yang lebih utuh.

Dalam konteks ini, Trubus juga menyoroti peran figur komunikator pemerintah. Ia menilai Staf Khusus Kepala Staf Kepresidenan, Timothy Ivan Triyono, yang kerap hadir dalam dialog kebencanaan di berbagai stasiun televisi, telah menjalankan fungsi komunikasi pemerintah secara tepat. Penyampaian informasi dilakukan secara lugas, berbasis data, dan tidak defensif.

“Yang saya lihat, komunikasinya sudah sesuai. Data yang disampaikan jelas dan berasal dari kompilasi resmi. Itu penting dalam komunikasi krisis, karena publik membutuhkan kejelasan, bukan pembelaan,” jelas Trubus.

Menurutnya, gaya komunikasi yang tenang dan berbasis fakta membantu menjaga diskursus publik tetap rasional di tengah situasi bencana yang sensitif secara emosional. Trubus menilai pendekatan ini dapat memberikan pencerahan kepada publik sekaligus menunjukkan kehadiran negara dalam menjelaskan proses penanganan bencana secara transparan.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Ibu-ibu di Tegal Dilatih Bangun Usaha Kecil Hingga Peluang Buka Lapangan Kerja
• 16 jam lalutvonenews.com
thumb
Totalitas Gisella Anastasia di Film Modual Nekad, Rela Belajar Ayat Al-Qur’an Berjam-jam
• 10 jam lalugrid.id
thumb
Pengembangan Tanjung Banun Dipercepat, Pemerintah Beri Santunan Rumah Penuh
• 18 jam lalubisnis.com
thumb
Selain Lisa Mariana, KPK Dalami Aliran Duit Ridwan Kamil ke Perempuan Lain
• 2 jam laluharianfajar
thumb
Kala Roy Suryo Singgung Nama Adik Iriana Jokowi saat Bahas Keaslian Ijazah
• 3 jam lalukompas.tv
Berhasil disimpan.