Jakarta, ERANASIONAL.COM – Belum lama ini ramai di media sosial, potongan video singkat yang memperlihatkan Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) berada di lapangan golf sempat memicu beragam tafsir di ruang publik.
Di tengah derasnya arus media sosial, cuplikan tersebut dengan cepat dibaca sebagai simbol jarak antara pejabat dan persoalan rakyat. Namun, jika ditelusuri lebih jauh, aktivitas tersebut justru berkaitan langsung dengan upaya penggalangan dana kemanusiaan.
Kegiatan golf yang dilakukan Kepala BGN bukanlah agenda rekreasi pribadi. Dari kegiatan tersebut, terhimpun dana kemanusiaan senilai ratusan juta rupiah yang diperuntukkan bagi korban bencana di wilayah Sumatra.
Dana tersebut dihimpun melalui partisipasi berbagai pihak, mulai dari pelaku usaha, mitra lembaga, hingga individu yang memiliki kepedulian terhadap isu kebencanaan.
Lapangan golf, dalam konteks ini, berfungsi sebagai ruang konsolidasi informal. Melalui pertemuan tanpa sekat birokrasi, komunikasi lintas sektor dapat terbangun secara lebih cair dan efektif. Dari ruang tersebut, empati dikonversi menjadi dukungan nyata bagi masyarakat terdampak bencana.
Lebih dari sekadar nilai nominal, dana yang terkumpul mencerminkan terbukanya jejaring solidaritas. Bantuan tersebut diarahkan untuk mendukung penanganan dampak bencana, termasuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, khususnya kelompok rentan seperti anak-anak dan ibu.
Sejalan dengan mandat BGN, isu gizi menjadi bagian penting dari proses pemulihan pascabencana. Pemenuhan gizi tidak hanya berkaitan dengan kesehatan jangka pendek, tetapi juga menentukan kualitas hidup dan masa depan generasi penerus. Dalam situasi krisis, dukungan nutrisi menjadi fondasi penting bagi keberlangsungan hidup masyarakat terdampak.
Pola kerja ini bukanlah hal baru bagi Kepala BGN. Jauh sebelum menjabat sebagai pejabat publik, ia telah aktif membangun jejaring kepedulian melalui komunitas alumni, termasuk di lingkungan IPB.
Melalui kerja senyap dan berkelanjutan, jejaring tersebut berhasil menghimpun dana donasi sekitar Rp8 miliar yang dialokasikan untuk mendukung anak-anak dan kelompok rentan yang membutuhkan perhatian khusus.
Pendekatan tersebut menunjukkan konsistensi dalam memanfaatkan berbagai ruang pertemuan untuk tujuan sosial dan kemanusiaan.
Aktivitas di lapangan golf pun dinilai sebagai bagian dari strategi membangun kolaborasi lintas sektor, bukan sebagai anomali atau bentuk pengabaian terhadap persoalan publik.
Sebagai lembaga yang memikul tanggung jawab besar dalam pemenuhan gizi nasional, BGN tidak bekerja semata melalui skema program dan anggaran negara. Kolaborasi dengan berbagai pihak dinilai menjadi kunci dalam menjawab tantangan kompleks pemenuhan gizi masyarakat Indonesia.
Di tengah dinamika demokrasi, kritik publik merupakan hal yang wajar dan sehat. Namun, penilaian terhadap pejabat publik juga dituntut untuk melihat konteks secara utuh. Menimbang sebuah ikhtiar hanya dari satu potongan visual berisiko mengaburkan kerja-kerja substantif yang berdampak langsung bagi masyarakat.
Pada akhirnya, ukuran paling adil dalam menilai kinerja pejabat bukanlah lokasi kegiatannya, melainkan dampak yang dihasilkan. Selama bantuan nyata sampai kepada masyarakat yang membutuhkan dan upaya pemenuhan hak hidup sehat terus dijalankan, maka aktivitas tersebut patut dibaca sebagai bagian dari kerja kemanusiaan.
Jakarta, 23 Desember 2025
Oleh: Ari Supit
Ketua Divisi Humas dan Kerjasama
Asosiasi Dosen dan Pengajar Ketahanan Nasional (APTANNAS)


