TABLOIDBINTANG.COM - Kekayaan warisan budaya prasejarah Jawa Barat kembali mendapat penguatan setelah ditemukannya struktur punden berundak baru di kawasan Situs Cibalay, Desa Tapos I, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Penemuan ini dilakukan oleh Balai Pelestari Kebudayaan (BPK) Wilayah IX Jawa Barat, unit pelaksana teknis di bawah Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, bersama para pemangku kepentingan lintas sektor.
Temuan tersebut merupakan hasil kegiatan delineasi dan inventarisasi potensi cagar budaya yang berlangsung selama dua pekan, mulai 24 November hingga 5 Desember 2025. Kegiatan ini melibatkan tim arkeologi, tim pemetaan geodesi, tim dokumentasi visual, akademisi dari berbagai perguruan tinggi, pemerintah daerah, Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak, serta partisipasi aktif masyarakat setempat.
Ketua Tim Delineasi, Lia Nuri Rahmawati, mengungkapkan bahwa hingga akhir kegiatan, tim berhasil mendata 38 titik potensi cagar budaya, dengan 33 titik di antaranya merupakan temuan baru. Salah satu penemuan paling menonjol adalah punden berundak berskala besar yang diperkirakan memiliki tujuh hingga sepuluh teras dengan ketinggian mencapai sekitar 20 meter.
“Temuan ini menjadi kejutan besar bagi tim, terutama karena ditemukan menjelang akhir kegiatan. Struktur punden berundak ini menunjukkan adanya modifikasi kontur alam yang sangat jelas, mencerminkan praktik ritual masyarakat prasejarah,” ujar Lia.
Situs Cibalay sendiri dikenal sebagai kawasan pemujaan leluhur yang merepresentasikan tradisi budaya megalitik Nusantara. Punden berundak merupakan salah satu bentuk arsitektur sakral tertua di Indonesia, yang berkembang pada masa prasejarah dan kerap dipandang sebagai cikal bakal perkembangan arsitektur candi pada era Hindu-Buddha.
Sementara itu, Kepala Balai Pelestari Kebudayaan Wilayah IX Jawa Barat, Retno Raswaty, menegaskan bahwa kegiatan delineasi memiliki peran penting dalam perlindungan dan pengelolaan cagar budaya, terutama karena kawasan Cibalay masuk dalam rencana pengembangan geopark Kabupaten Bogor.
“Delineasi diperlukan untuk memperjelas batas budaya, menentukan zona perlindungan, serta memastikan pemanfaatan situs sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Sinergi lintas sektor menjadi kunci keberhasilan kegiatan ini,” jelas Retno.
Sinergi lintas sektor tersebut diinisiasi dan dikoordinasikan oleh Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, dengan melibatkan Kementerian Kehutanan, mengingat sebagian besar situs cagar budaya berada di kawasan hutan konservasi. Melalui delineasi terpadu, pemerintah memastikan kejelasan pembagian kewenangan antarinstansi agar pelestarian cagar budaya dan konservasi lingkungan dapat berjalan selaras dan berkelanjutan.
Selain menghasilkan pembaruan data serta peta batas budaya, kegiatan ini juga berfungsi sebagai sarana peningkatan kapasitas sumber daya manusia. Mahasiswa dari disiplin arkeologi dan teknik geodesi dilibatkan secara langsung untuk menerapkan pengetahuan akademik mereka di lapangan.
Hasil akhir kegiatan delineasi ini berupa peta rekomendasi batas kawasan budaya yang akan menjadi acuan pengelolaan zona budaya di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak.
Berbagai temuan baru tersebut juga membuka peluang penelitian lanjutan guna mengungkap lebih dalam sejarah, fungsi, dan nilai budaya Situs Cibalay.
Balai Pelestari Kebudayaan Wilayah IX Jawa Barat berharap capaian ini dapat menjadi model kolaborasi pelestarian cagar budaya di Indonesia, sekaligus memperkuat peran masyarakat dan dunia akademik dalam menjaga warisan budaya bangsa secara berkelanjutan.
