EtIndonesia. Selama ini, hampir semua artikel motivasi terus-menerus mendorong kita untuk bertahan, bersikeras, dan pantang menyerah. Seolah-olah keberhasilan hanya bisa diraih dengan terus maju lurus tanpa kompromi. Namun menurut saya, ketika kita benar-benar terjebak dalam kesulitan atau menemui jalan buntu, pilihan terbaik justru adalah berani berbelok dan mencari arah baru. Berbelok bukan berarti mundur, melainkan hanya mengubah arah sedikit.
Anak-anak di Amerika dikenal tidak suka makan bayam. Maka orang Amerika yang kreatif membuat sebuah animasi berjudul Popeye the Sailor. Dalam animasi itu, setiap kali Popeye hendak melawan penjahat, dia selalu terlebih dahulu memakan satu kaleng bayam. Setelah itu, dia langsung menjadi sangat kuat dan dengan mudah mengalahkan musuh-musuhnya.
Alih-alih hanya mengatakan kepada anak-anak bahwa bayam itu bergizi dan harus dimakan, mereka menggunakan media animasi untuk membimbing anak-anak secara halus dan menyenangkan. Inilah contoh kecerdikan “berbelok sedikit”—yang bukan hanya berhasil menanamkan kebiasaan makan sehat, tetapi juga mendatangkan keuntungan besar bagi para pembuat animasinya.
Ada pula seorang anak muda yang berfokus memecahkan masalah pada bumbu mie instan. Dia ingin mengganti kemasan bumbu dengan kertas ketan agar bumbu bisa langsung dimasukkan ke dalam mie tanpa perlu membuka bungkus. Namun setelah dihitung, biaya produksinya terlalu mahal dan tidak efisien.
Dia pun memutar otak dan mengalihkan fokus ke wadah mie instan. Akhirnya, dia berhasil menciptakan mangkuk yang bisa dimakan. Setelah mie dan kuahnya habis, mangkuknya bisa disantap sebagai camilan. Satu inovasi menghasilkan tiga manfaat sekaligus—praktis, kreatif, dan menguntungkan. Dari ide inilah dia meraup keuntungan besar.
Seorang teman saya membuka sebuah restoran. Namun setelah beroperasi, persaingan yang ketat membuat usahanya sepi pengunjung. Setelah melakukan riset pasar, dia mengubah konsep restorannya dan menamainya “Restoran untuk Dua Orang”.
Dia menyasar pasangan muda yang umumnya tidak pandai memasak. Di restorannya, dia mengajari pasangan pengantin baru memasak secara langsung—mulai dari masakan rumahan hingga makan malam romantis dengan lilin. Dia juga memperkenalkan pengetahuan tentang bahan makanan dan kombinasi hidangan.
Pasangan bisa memilih untuk menikmati hidangan yang sudah jadi, atau memasak sendiri beberapa menu sederhana. Restoran menyediakan bahan yang sudah dipilih, dicuci, dan dipotong rapi. Pasangan tinggal memasak, menikmati makanan lezat, sekaligus merasakan manisnya kebersamaan—memasak bersama, bercengkerama, dan berbagi kebahagiaan kecil dalam dunia berdua.
Berkat konsep yang unik dan berbeda, restoran itu bangkit kembali dari keterpurukan dan bisnisnya pun semakin berkembang pesat.
Keberhasilan memang membutuhkan ketekunan. Namun keberhasilan juga menuntut keluwesan. Banyak kali dalam hidup, kita tidak perlu memaksakan diri menabrak tembok. Cukup berbelok sedikit, dan kita akan melihat kesuksesan sudah berdiri di depan, melambaikan tangan—jalan pun terbentang luas, terang, dan penuh harapan.(jhn/yn)



