Bisnis.com, JAKARTA — Libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) kembali menjadi momentum strategis bagi perbankan untuk mendongkrak pendapatan berbasis komisi alias fee-based income, seiring melonjaknya transaksi uang elektronik di tengah meningkatnya mobilitas dan konsumsi masyarakat.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) juga memandang momentum Nataru sebagai periode penting untuk mengoptimalkan pendapatan berbasis transaksi.
Corporate Secretary Bank Mandiri, Adhika Vista, menyampaikan bahwa pada Nataru 2026, transaksi Mandiri e-money diproyeksikan meningkat dibandingkan hari biasa.
Adapun, untuk mengantisipasi lonjakan transaksi Nataru, Bank Mandiri telah mendistribusikan 956.250 kartu e-money ke berbagai wilayah di Indonesia.
"Hal ini seiring peningkatan kebutuhan masyarakat baik untuk kebutuhan transportasi, jalan tol, parkir, maupun pembayaran lainnya," kata Andhika kepada Bisnis, dikutip Selasa (23/12/2025).
Hingga November 2025, transaksi Mandiri e-money tumbuh lebih dari 8% secara tahunan (year-on-year/YoY), dengan kontributor utama berasal dari ekosistem tol, parkir, serta transportasi publik seperti MRT, TransJakarta, KRL, dan LRT.
Baca Juga
- Digital Banking hingga QRIS, Peluang Bank Raup Dana Murah & Fee Based Income
- Bank Incar Fee Based Income hingga Tekan Risiko Likuiditas lewat Central Counterparty (CCP)
- Tingkatkan Fee Based Income, Bank Mega Syariah Sasar Nasabah Kaya
Tren ini terutama didorong oleh peningkatan aktivitas pembayaran di berbagai ekosistem terutama sektor transportasi, dengan transaksi e-money terus tumbuh seiring meningkatnya mobilitas masyarakat dan perluasan integrasi pembayaran non-tunai di berbagai moda transportasi.
PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mencatat kinerja solid pada layanan uang elektronik Flazz sepanjang 2025. Hingga November 2025, frekuensi transaksi Flazz mencapai lebih dari 964 juta transaksi atau tumbuh 11% secara tahunan (year on year/yoy).
Dari sisi nilai, nominal transaksi meningkat 12% yoy, dengan jumlah kartu Flazz yang beredar telah melampaui 29 juta kartu.
Executive Vice President Corporate Communication and Social Responsibility BCA, Hera Haryn, mengatakan periode Nataru secara konsisten memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan transaksi Flazz, seiring tingginya aktivitas masyarakat di berbagai sektor.
“Flazz banyak dimanfaatkan untuk pembayaran tol, tiket transportasi publik, hingga belanja ritel seperti minimarket. Peningkatan mobilitas selama Nataru turut mendorong volume transaksi,” ujar Hera.
Lonjakan transaksi uang elektronik tersebut menjadi salah satu pendorong pertumbuhan pendapatan non-bunga BCA. Hingga kuartal III 2025, pendapatan selain bunga BCA tercatat tumbuh 12,4% yoy menjadi Rp21,3 triliun. Capaian ini ditopang oleh pendapatan fee dan komisi yang meningkat 9,5% yoy menjadi Rp15,1 triliun.
Pertumbuhan fee-based income BCA juga sejalan dengan akselerasi volume transaksi perseroan yang melonjak 78% yoy dalam tiga tahun terakhir hingga kuartal III 2025. Digitalisasi transaksi dan adopsi uang elektronik yang semakin luas menjadi faktor kunci di balik tren tersebut.





