Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang 2025, perekonomian global dihadapkan pada tantangan yang semakin kompleks. Ditandai oleh ketidakpastian yang tinggi, tekanan geopolitik, serta perlambatan aktivitas perdagangan dunia.
Dalam konteks itu, arah perekonomian dua ekonomi terbesar dunia tidak terlepas dari kembali memanasnya tensi perdagangan global.
Ketegangan meningkat setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan penerapan tarif resiprokal atas barang impor ke AS dari negara-negara mitra dagang, termasuk China. Kebijakan tersebut direspons Beijing dengan langkah balasan melalui pengenaan tarif masuk terhadap produk asal AS.
//FMG_Tag - IMPULSE var _ContextAdsPublisher = window.parent.document.createElement('script'); _ContextAdsPublisher.type = 'text/javascript'; _ContextAdsPublisher.async = true; _ContextAdsPublisher.id = "cads-generic"; _ContextAdsPublisher.src = window.parent.document.location.protocol + '//cdn.contextads.live/publishers/cads-generic.min.js?product=impl'; var _scripter = window.parent.document.getElementsByTagName('script')[0]; _scripter.parentNode.insertBefore(_ContextAdsPublisher, _scripter); //FMG_Tag - VIBE var _ContextAdsPublisher = window.parent.document.createElement('script'); _ContextAdsPublisher.type = 'text/javascript'; _ContextAdsPublisher.async = true; _ContextAdsPublisher.id = "cads-generic"; _ContextAdsPublisher.src = window.parent.document.location.protocol + '//cdn.contextads.live/publishers/cads-generic.min.js?product=vibe'; var _scripter = window.parent.document.getElementsByTagName('script')[0]; _scripter.parentNode.insertBefore(_ContextAdsPublisher, _scripter); //FMG_Tag - RC var _ContextAdsPublisher = window.parent.document.createElement('script'); _ContextAdsPublisher.type = 'text/javascript'; _ContextAdsPublisher.async = true; _ContextAdsPublisher.id = "cads-generic"; _ContextAdsPublisher.src = window.parent.document.location.protocol + '//cdn.contextads.live/publishers/cads-generic.min.js?product=rc'; var _scripter = window.parent.document.getElementsByTagName('script')[0]; _scripter.parentNode.insertBefore(_ContextAdsPublisher, _scripter); //FMG_Tag - expandedFloor var _ContextAdsPublisher = window.parent.document.createElement('script'); _ContextAdsPublisher.type = 'text/javascript'; _ContextAdsPublisher.async = true; _ContextAdsPublisher.id = "cads-generic"; _ContextAdsPublisher.src = window.parent.document.location.protocol + '//cdn.contextads.live/publishers/cads-generic.min.js?product=sf'; var _scripter = window.parent.document.getElementsByTagName('script')[0]; _scripter.parentNode.insertBefore(_ContextAdsPublisher, _scripter);Di tengah dinamika tersebut, China memulai 2025 dengan pertumbuhan yang relatif kuat, inflasi rendah, serta surplus neraca perdagangan yang besar, namun memasuki paruh akhir tahun menghadapi perlambatan pertumbuhan di tengah tekanan eksternal yang berlanjut.
Sementara itu, Amerika Serikat mencatat pertumbuhan yang lebih moderat sejak awal tahun, dengan tekanan inflasi yang secara bertahap mereda dan defisit perdagangan yang menyempit menjelang akhir 2025, meski diiringi dengan kenaikan tingkat pengangguran.
Perbandingan ini memberikan gambaran kontras mengenai ketahanan sekaligus tantangan ekonomi global di tengah tahun yang penuh tekanan hingga menjelang penutupan 2025.
Ekonomi China di Awal Tahun
Pada awal 2025, perekonomian China masih menunjukkan kinerja yang relatif solid. Pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2025 tercatat sebesar 5,4% secara tahunan.
Di sisi harga, inflasi tahunan pada Januari 2025 berada di level 0,5% (yoy) yang menunjukkan tekanan harga yang masih sangat terbatas. Kondisi pasar tenaga kerja juga relatif stabil, dengan tingkat pengangguran pada Januari 2025 tercatat sebesar 5,2%.
Dari sisi eksternal, neraca perdagangan China mencatat surplus yang sangat besar. Pada Januari 2025, surplus neraca dagang mencapai US$138,04 miliar, ditopang oleh kinerja ekspor yang masih kuat dan impor yang lebih terkendali.
Indikator perekonomian China tersebut menunjukkan bahwa China memulai 2025 dengan pertumbuhan yang relatif tinggi, inflasi rendah, serta ketahanan sektor eksternal yang kuat.
//
Ekonomi China di Menjelang Akhir Tahun
Memasuki paruh akhir 2025, kondisi ekonomi China justru menunjukkan perlambatan pertumbuhan.
Pada kuartal III-2025, pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 4,8% (yoy), lebih rendah dibandingkan capaian awal tahun. Inflasi tahunan pada November 2025 meningkat menjadi 0,7% (yoy) yang menandai penguatan tekanan harga dibandingkan Januari 2025, meskipun masih berada di level rendah.
Secara agregat, pertumbuhan ekonomi China sepanjang 2025 tetap berada di sekitar target tahunan tanpa bergantung pada stimulus berskala besar.
Kinerja kuat pada semester pertama 2025 serta pertumbuhan yang relatif stabil pada kuartal III-2025 menjadi penopang utama capaian tersebut. Namun, di balik angka pertumbuhan tersebut, struktur ekonomi masih menunjukkan ketidakseimbangan.
Pertumbuhan lebih banyak ditopang oleh produksi industri dan permintaan eksternal, sementara konsumsi domestik dan investasi swasta relatif tertinggal, sehingga bias sisi penawaran tetap mendominasi.
Tingkat pengangguran relatif stabil, dengan tingkat pengangguran pada November 2025 berada di level 5,1%, sedikit lebih rendah dibandingkan awal tahun. Dari sisi perdagangan, surplus neraca dagang tetap besar namun menyusut. Pada November 2025, surplus neraca perdagangan tercatat sebesar US$111,68 miliar, lebih rendah dibandingkan Januari 2025.
Kondisi ini menunjukkan bahwa meskipun China masih mencatat surplus yang kuat, momentum sektor eksternal cenderung melemah seiring berjalannya tahun ini.
Ekonomi Amerika Serikat di Awal Tahun
Pada awal 2025, perekonomian Amerika Serikat tercatat tumbuh tidak terlalu tinggi. Pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2025 tercatat sebesar 2,0% secara tahunan. Inflasi pada Januari 2025 berada di level 3,0% (yoy), menunjukkan tekanan harga yang masih relatif tinggi. Sementara itu, tingkat pengangguran tercatat sebesar 4,0%, mencerminkan kondisi pasar tenaga kerja yang masih cukup ketat.
Dari sisi eksternal, neraca perdagangan AS masih mencatat defisit yang besar. Pada Januari 2025, defisit neraca perdagangan mencapai US$128,8 miliar. Defisit ini mencerminkan nilai impor yang jauh lebih besar dibandingkan ekspor pada awal tahun.
//
Ekonomi Amerika Serikat di Akhir Tahun
Memasuki akhir 2025, perekonomian Amerika Serikat menunjukkan pertumbuhan yang relatif stabil namun dengan kondisi dalam negeri Paman Sam yang semakin menantang.
Pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2025 tercatat sebesar 2,1% secara tahunan. Tekanan inflasi mereda, dengan inflasi tahunan pada Desember 2025 berada di level 2,7%.
Namun, kondisi pasar tenaga kerja mulai melemah, tercermin dari kenaikan tingkat pengangguran menjadi 4,6% pada November 2025. Dari sisi eksternal, defisit neraca perdagangan menyempit signifikan, dengan defisit September 2025 tercatat sebesar US$52,8 miliar. Pelemahan pasar tenaga kerja juga tercermin dari perkembangan non-farm payroll (NFP).
Sejak April 2025, pertumbuhan lapangan kerja non-pertanian melambat tajam. Rata-rata penambahan tenaga kerja bulanan selama tiga bulan hingga November hanya sekitar 22.000 pekerjaan, jauh di bawah rata-rata penambahan 168.000 pekerjaan pada 2024.
Penciptaan lapangan kerja sepanjang periode tersebut terutama terkonsentrasi di sektor kesehatan dan bantuan sosial, sementara sektor-sektor lain menunjukkan perlambatan yang lebih jelas.
Di sisi perdagangan luar negeri, kebijakan tarif menjadi sumber ketidakpastian yang utama.
Penerapan tarif resiprokal mendorong kenaikan rata-rata tarif impor barang secara signifikan di sepanjang 2025. Hal ini memicu adanya penyesuaian pada rantai pasok dan substitusi impor.
Lonjakan impor di awal tahun juga mencerminkan upaya pelaku usaha mengantisipasi kenaikan tarif, sementara pada akhir tahun laju perdagangan cenderung melambat.
Secara keseluruhan, data non-farm payroll dan kenaikan tingkat pengangguran mempertegas sinyal melemahnya dinamika pasar tenaga kerja AS menjelang akhir 2025. Di tengah inflasi yang mereda dan defisit perdagangan yang menyempit, tekanan dari kebijakan tarif, suku bunga yang masih tinggi, serta perlambatan permintaan tenaga kerja menjadi faktor penahan bagi momentum ekonomi Amerika Serikat ke depan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
(evw/evw)


