WARGA Cikiwul, Bantargebang, Kota Bekasi dikejutkan oleh kemunculan seekor buaya berukuran besar di sebuah sawah pada Senin (22/12). Buaya sepanjang sekitar tiga meter itu terlihat terdiam di aliran air berlumpur, memancing perhatian warga yang berkumpul di pematang sawah untuk melihat dari jarak dekat.
Melalui sebuah video viral di akun instagram @infobekasi, Warga Cikiwul, Aka, spontan mengomentari ukuran buaya tersebut.
“Gede atuh, Yu, mah! Buaya darat! Itu mah motok pisan di luhur, (Besar sekali! Buaya darat! Itu montok sekali di bagian atas),” ujarnya. Sejak saat itu, warga menjuluki buaya tersebut dengan sebutan “Si Montok” atau “Si Denok”.
Menyadari potensi bahaya, warga bersama petugas segera menyiapkan evakuasi sederhana menggunakan batang bambu panjang yang ujungnya dipasangi jerat tali. Beberapa orang mendekati bagian kepala buaya dengan sangat hati-hati karena kondisi lumpur licin dan ruang gerak yang sempit.
Instruksi agar proses dilakukan perlahan terus terdengar.
“Lalaun, lalaun… Heup, heup! Sok, Mas, lalaun (Pelan-pelan, pelan-pelan),” teriak seorang warga.
Perekam video juga mengingatkan bahaya serangan mendadak.
“Kang, bisi melesat eta, Kang (Kang, takutnya itu melesat atau menyerang tiba-tiba),” katanya.
Aka kemudian meminta warga lain untuk mundur. “Mundur saeutik. Mundur ka dinya, nyebur meureun (mundur sedikit. Kalau ke sana bisa-bisa tercebur ke air),” ujarnya.
Perekam kembali menekankan bahwa yang dikhawatirkan adalah kekuatan ekor buaya. “Maksudna powerna eta loh, pas eta, buntutna (Maksudnya kekuatannya itu, terutama ekornya)," ujar perekam.
Setelah jerat mulai terpasang, suasana berubah riuh. Warga bersorak sambil meminta penonton menyingkir dari jalur evakuasi.
“Ayo, Neng Denok, naik! Minggir, minggir! Aya si Denok!” teriak warga.
Karena buaya sempat diam dan sulit ditarik, Aka menginstruksikan agar bagian ekor didorong menggunakan bambu.
“Bantu dorong buntutna, bantu dorong awi (Bantu dorong ekornya, dorong pakai bambu),” katanya.
Tekanan tersebut membuat buaya mulai bergerak aktif dan memercikkan air ke arah warga, memicu kepanikan kecil sekaligus tawa tegang penonton.
“Ayo minggir! Sing bener atuh!” teriak perekam, yang berarti, “Ayo minggir! Yang benar dong!”
Sepanjang proses evakuasi, warga menggunakan peralatan seadanya seperti bambu, tali tambang, dan helm pelindung sederhana. Dialek Bekasi mendominasi komunikasi di lapangan, dengan suasana tegang yang sesekali mencair oleh candaan warga. Selain dievakuasi manual oleh warga, anggota Disdamkarmat Kota Bekasi juga turut membantu.
Kepala Seksi Operasi Penyelamatan Disdamkarmat Kota Bekasi, Heri Kurnianto, mengungkapkan bahwa dari hasil penelusuran awal, buaya tersebut diduga bukan satwa liar, melainkan hewan yang sebelumnya dipelihara warga dan terlepas dari pengawasan. Kendati demikian, hingga saat ini belum ada pihak yang mengaku sebagai pemilik buaya tersebut.
Setelah berhasil diamankan, buaya itu segera diserahkan kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) guna penanganan lanjutan. Proses tersebut mencakup pendalaman asal-usul buaya serta penelusuran legalitas kepemilikan satwa tersebut.
Peristiwa ini sebelumnya ramai diperbincangkan di media sosial. Sebuah video yang diunggah akun Instagram @infobekasi menampilkan momen evakuasi buaya dari kawasan persawahan di RW 04, Kelurahan Cikiwul. Dalam keterangan unggahan tersebut, disebutkan bahwa buaya itu diduga merupakan peliharaan warga yang lepas dari kandangnya. (Ant/@infobekasi/Z-10)
